Makalah IMPLEMENTASI KESEIMBANGAN SOFT SKILL DAN HARD SKILL PADA KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IMPLEMENTASI KESEIMBANGAN SOFT SKILL DAN HARD SKILL PADA KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Dosen Pengampu : Abdulloh Hadziq, S.Pd.I,
M.Pd.I
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kurikulum PAI di Sekolah
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belalang
Implementasi dari softskill dan hardskill pada kurikulum PAI sangatlah
penting mengingat keterkaitan antara softskill dan hardskill sendiri. Pada
dasarnya softskill dan hardskill saling melengkapi karena kemampuan softskill
yang baik akan mempermudah mempelajari hardskill. Softskill merupakan sebuah
kemampuan yang dimiliki seseorang sejak lahir, sehingga tanpa dilatihpun
seseorang akan ahli dalam hal tersebut, contohnya saja mahir berkomunikasi
sehingga nanti dalam mempelajari hardskill dibidang pendidikan seperti waktu
mengajar atau menyampaikan pendapat dikelas itu akan mudah diterima oleh
orang-orang.
Kemampuan softsill dan hardskill haruslah seimbang, semisal kalo tidak
seimbang itu akan berbahaya karena orang dengan hardskill yang baik tanpa
softskill yang baik akan mempunyai perilaku yang kurang baik, contoh saja
seperti orang yang pandai dalam akademik akan mudah membohongi orang yang tidak
belajar, karena tidak diimbangi dengan softskill maka orang tersebut mempunyai
perilaku yang kurang baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian softskill dan hardskill?
2.
Bagaimana implementasi softskill dan hardskill pada
kurikulum PAI bila dikaitkan dengan isi dan proses kurikulum pembelajaran?
3.
Bagaimana implementasi softskill dan hardskill pada
kurikulum PAI bila dikaitkan dengan proses dan kesiapan belajar?
4.
Bagaimana implementasi softskill dan hardskill pada
kurikulum PAI bila dikaitkan dengan minat dan motif belajar?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Memahami pengertian softskill dan hardskill.
2.
Mamahami implementasi softskill dan hardskill pada
kurikulum PAI bila dikaitkan dengan isi dan proses kurikulum pembelajaran.
3.
Mengetahui implementasi softskill dan hardskill pada
kurikulum PAI bila dikaitkan dengan proses dan kesiapan belajar.
4.
Mengetahui implementasi softskill dan hardskill pada
kurikulum PAI bila dikaitkan dengan minat dan motif belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Softskill dan Hardskill
Hardskill menggambarkan perilaku dan keterampilan yang dapat
dilihat mata (eksplisit). Hardskill adalah skill yang dapat menghasilkan
sesuatu sifatnya visible dan immediate. Menurut Fachrunissa, kemampuan
hardskill adalah semua hal yang berhubungan dengan pengayaan teori yang menjadi
dasar pijakan analisis atau sebuah keputusan. Hardskill dapat dinilai dari
technical test atau practical test. Menurut Santoso dan Fachrunissa, elemen
hardskill dapat terlihat dari intelligence quotion thingking yang mempunyai
indikator kemampuan menghitung, menganalisa, mendisain,
wawasan dan pengetahuan yang luas, membuat model dan kritis. Softskill merujuk
kepada indikator seperti kreativitas, sensitifitas, intuisi yang lebih terarah
pada kualitas personal yang berada di balik perilaku seseorang.[1]
Penelitian di Harvard University Amerika menunjukkan kesuksesan
seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis
(hard skill), tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft
skill). Bahkan,
orang-orang tersukses di dunia dapat berhasil dikarenakan lebih banyak didukung
kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa karakter
yang baik sangat penting dimiliki peserta didik karena otak yang hebat tanpa
disertai kepribadian yang baik sulit diterima di masyarakat nasional maupun
internasional.[2]
B. Implementasi
Softskill dan Hardskill pada Kurikulum PAI dikaitkan dengan Isi dan Proses
Kurikulum Pembelajaran
Isi
program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam
kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum atau
pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan
informasi, tetapi harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan dibutuhkan,
baik bagi pengetahuan itu sendiri maupun bagi siswa dan lingkungannya. Dan
proses merupakan tahapan-tahapan yang harus dilalui.[3]
Soft skill
merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk diri sendiri,
berkelompok, dan bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan kemampuan soft skill membuat keberadaan seseorang
akan semakin terasa di tengah masyarakat. Misal melalui keterampilan akan
berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan
berkelompok, memiliki etika, dan moral santun, serta keterampilan spiritual.[4] Soft
skill adalah suatu perkembangan dari EQ yang
berhubungan dengan kemampuan untuk bersosialisasi. Selain kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, softskill juga berbincang tentang bagaimana
berhubungan dengan dirinya sendiri.
Jenis-jenis
softskill dan contohnya secara umum
dibagi ke dalam dua kategori yaitu, kemampuan intrapersonal atau kemampuan yang mampu mengatur dirinya sendiri,
seperti tanggung jawab, pengendalian diri integritas, dan kepercayaan diri. Dan
kategori yang kedua kemampuan interpersonal
atau kemampuan untuk bersosialisasi, seperti kemampuan beradaptasi dengan orang
lain, berbagai ilmu dengan orang lain, negosiasi, bekerja sama dalam tim, dan
kemampuan memimpin.[5] Untuk menanamkan softskill pada para siswa faktor yang
sangat berpengaruh adalah dimulai dari guru. Guru harus bisa jadi living example dari mulai datang tepat
waktu, mengisi tugas, dan sebagainya. Kemampuan prestasi dan menulis siswapun
masih banyak yang belum bagus, sehingga guru juga harus bisa melatih siswa
supaya aktif, supaya berani membicarakan ide, dan lain-lain.[6]
Hardskill
yaitu penugasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang
berhubungan dengan bidang ilmunya. Hardskill
merupakan penugasan keterampilan teknis dari hasil pembelajaran yang
berhubungan dengan suatu bidang tertentu. Contohnya bidang ilmu kedokteran,
teknologi, olahraga, seni dan ilmu lainnya. kita bisa melihat atau mengukur
hasil seseorang dari riwayat pendidikannya.[7]
Ada
di mana seseorang dapat menanamkan hardskill
yang baik namun tidak diiringi dengan softskill
yang baik, maka hal itu merupakan sesuatu yang berbahaya. Orang yang seperti
itu akan cenderung menggunakan kepintarannya untuk membodohi orang lain, dan
melakukan tindakan-tindakan destruktif. Hardskill
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
1.
Ilmu
atau kemampuan seseorang dalam memahami ilmu yang dipelajarinya.[8]
2.
Keterampilan.
Yang dimaksud keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan ilmu yang
telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.[9]
Misalnya seorang anak yang bisa melakukan salat, setelah belajar fiqih tentang
bab salat. Atau seorang anak yang membaca Al-Qur’an dengan baik setelah ia
mempelajari Al Quran Hadits.
Salah
satu cara menanamkan dan mengembangkan softskill
dan hardskill pada dunia pendidikan
yaitu:
1. Menyusun rencana pembelajaran. Sebelum
memulai belajar pembelajaran tentunya pendidik harus menyusun rencana
pembelajaran. Dalam rencana pembelajaran pendidik dapat merencanakan softskill dan hardskill apa saja yang akan diberikan, sehingga peserta didik
dapat menguasainya. Misalkan kemampuan berkomunikasi yang baik, sopan, tanggung
jawab, dan juga keterampilan.
2. Menggunakan strategi pembelajaran yang
tepat. Dengan adanya model atau contoh, softskill
atau hardskill akan lebih mudah
untuk dipahami peserta didik. Di sini pendidik harus bisa menjadi model dari softskill dan hardskill tersebut, sehingga peserta didik memiliki contoh dalam
bersikap.
3. Memberikan bimbingan, menanamkan softskill dan hardskill peserta didik membutuhkan bimbingan. Disini siapa lagi
kalau bukan peran guru yang diperlukan. Dengan bimbingan, peserta didik dapat
mengetahui kemampuan apa saja yang harus dikembangkan, sehingga dapat memiliki softskill dan hardskill yang berguna untuk dirinya dan orang lain.
Contohnya
dengan menjadi role model (guru
sebagai contoh), kemudian
memberikan message of the world (moral yang diberikan oleh pendidik dalam setiap pertemuan),
selanjutnya memberikan hidden kurikulum
(pelajaran tersembuni, ini ditampilkan dengan tidak terbentuk suatu mata
pelajaran tetapi selalu disampaikan sebagai kompetensi tambahan).[10]
Implementasi
kesimbangan softskill dan hardskill pada kurikulum PAI sendiri
sebenarnya sudah berjalan, meskipun kurang dijalankan dengan baik. Contoh dalam
isi atau materi pembelajaran PAI sendiri terdapat materi untuk bersabar, namun masih banyak
siswa yang tidak bersabar, serta peran guru sebagai rolemodel sendiripun kadang kurang bisa diandalkan.
Contoh
lain terdapat materi mengenai Perilaku buruk, yaitu salah satunya larangan
berbuat curang. Dalam hal ini mencontek merupakan salah satu contoh perilaku
curang. Terkadang siswa paham materinya, namun tidak diimbangi dengan softskillnya, dan guru juga kadang
menganggap mencontek adalah hal biasa, padahal ini termasuk menyalahi faktor
kejujuran dan etika dalam soft skill.
Materi soft skill yang perlu ditanamkan kepada peserta didik tidak lain adalah penanaman
sikap jujur, kemampuan berkomunikasi. Dan kejadian ini merupakan salah satu
kesalahan dalam menerapkan softskill
dan hardskill dalam pendidikan PAI. [11]
C.
Implementasi Softskill dan Hardskill Pada
Kurikulum PAI dikaitkan dengan Proses dan Kesiapan Belajar
Proses pembelajaran dan kesiapan belajar softskill
dan hardskill pada kurikulum PAI K13, di kurikulum K13 ada yang
namanya 4C yaitu Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem
Solving, dan Creativity and Innovation, inilah yang sebenarnya menjadi tujuan
dari kurikulum 2013 dan bukan hanya transfer materi saja.[12] 4C tersebut merupakan penerapan softskill
pada kurikulum 2013. Sedangkan hardskill sendiri pada kurikulum 2013 yaitu
dengan transfer ilmu pengetahuan karena pada dasarnya hardskill memang mendasar
pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknik pada
bidang ilmunya masing-masing.[13] Pada
proses belajarnya softskill sangat membatu untuk mengasah hardskill pada
seseorang, karena sifat softskill yang berasal dari lahir dan hardskill yang
berasal dari proses belajar yang sedikit lama. Sehingga pada proses pembelajaran pada
kurikulum 2013 harus diseimbangkan antara softskill dan hardskill karena memang
sangat berhubungan erat.
Kesiapan pembelajaran harus sangat
diperhatikan mengingat pentingnya pembelajaran softskill dan hardskill pada
kurikukum 2013 tepatnya di Pendidikan Agama Islam ini, guru yang dituntut
menjadi fasilitator dan bukan lagi sebagai sumber ilmu satu-satunya dikelas
haruslah mempersiapkan apa yang akan di ajarkan kepada siswanya terkait
pembelajaran softskill dan hardskill, semisal pembentukan karakter yang
dicanangkan pada kurikulum 2013 yang menjadi salah satu tujuan dari
diterapkannya K13 bisa diambil dari nama mata pelajaran aqidah akhlak, semisal
dengan pembahasan akhlak dari tokoh-tokoh islam terdahulu sehingga mampu
menginspirasi siswa menjadi lebih baik dan mempunyai karakter yang islami dan
dalam pengembangan hardskill guru harus paham dalam penyampaian materi atau
transfer ilmu, contoh saja untuk pengasahan hardskill dengan cara guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok untuk membahas sebuah masalah dan cara
memecahkannya, dari metode diatas selain mengembangkan hardskill juga
mengembangankan softskill juga karena memang hardskill dan softskill
berkesinambungan.
D. Implementasi
Softskill dan Hardskill pada Kurikulum PAI dikaitkan dengan Minat dan Motif
Belajar
Keberhasilan
seseorang tidak bisa diukur dengan hardskill saja, tetapi juga
ditentukan dengan soft skill yang bisa menjadikan seseorang dapat
diterima dengan baik di suatu lingkungan atau tidak. Hard skill yang
dimiliki siswa yaitu sebuah ilmu pengetahuan kemampuan siswa masing-masing
sesuai dengan bidang yang diminatinya, sedangkan soft skill ialah
keterampilan dan pengalaman siswa selama mengikuti kegiatan praktik industri di
lapangan maupun di sekolah, mengikuti ekstrakurikuler, bahkan pelatihan
pendidikan karakter.[14]
Untuk melihat
atau mengukur kemampuan siswa dalam hard skill ataupun soft skill
diperlukan minat ataupun motivasi belajar pada diri siswa. Dalam proses
pembelajaran, minat merupakan sebuah awal penggerakan untuk siswa dalam belajar
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diingkinkan. Tujuan dalam
kaitan ini adalah tujuan pembelajaran. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang
yang memiliki minat belajar dalam dirinya maka dia akan mencapai keinginan atau
cita-citanya, tetapi jika seorang siswa tidak memiliki minat dalam belajar maka
siswa tersebut tidak akan bisa mencapai keinginan atau cita-citanya. Minat
belajar siswa sangat dibutuhkan dalam pemebelajaran, agar siswa tersebut
mempunyai ketertarikan terhadap materi yang diajarkan. Selain minat siswa juga
membutuhkan dorongan atau gerakan untuk mencapai tujuannya atau cita-citanya.
Motivasi
merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendorong semangat
belajar siswa. Di dalam motivasi juga terdapat keinginan dan cita-cita yang
tinggi. Sehingga siswa yang mempunyai motivasi belajar akan mengerti dengan apa
yang menjadi tujuan dalam belajar, disamping itu keadaan siswa yang baik dalam
belajar akan menyebabkan siswa tersebut semangat dalam belajar dan mampu
menyelesaikan tugas dengan baik.
Motivasi
merupakan dorongan seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuannya. Motivasi juga bisa berasal dari
dalam diri dan dari orang lain, baik itu guru, keluarga dan teman. Siswa yang
memiliki motivasi belajar maka akan serius dan tertarik dalam pembelajaran
sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, tetapi siswa yang
tidak memiliki motivasi belajar maka akan selalu merasa bosan dalam
pembelajaran. Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa
dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Motivasi belajar
yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam
kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif
terhadap keefektifan usaha belajar siswa.[15]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Elemen
hardskill dapat terlihat dari intelligence quotion thingking yang mempunyai
indikator kemampuan menghitung, menganalisa, mendisain,
wawasan dan pengetahuan yang luas, membuat model dan kritis sedangkan softskill merujuk kepada indikator seperti kreativitas,
sensitifitas, intuisi yang lebih terarah pada kualitas personal yang berada di
balik perilaku seseorang. Cara
menanamkan dan mengembangkan softskill
dan hardskill pada dunia pendidikan
yaitu menyusun rencana
pembelajaran dan Menggunakan
strategi pembelajaran yang tepat.
Proses pembelajaran dan kesiapan belajar softskill
dan hardskill pada kurikulum PAI K13, di kurikulum K13 dikenal
dengan 4C yaitu Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem
Solving, dan Creativity and Innovation. Untuk
melihat atau mengukur kemampuan siswa dalam hard skill ataupun soft
skill diperlukan minat ataupun motivasi belajar pada diri siswa. Dalam
proses pembelajaran, minat merupakan sebuah awal penggerakan untuk siswa dalam
belajar yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diingkinkan. Sedangkan motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
mendorong semangat belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Amni Fauziah, dkk., Hubungan Antara
Motivasi Belajar Dengan Minat Belajar Siswa Kelas Iv Sdn Poris Gaga 05 Kota
Tangerang, Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 4 No. 1 Tahun 2017,
48
Das Salirawati. 2012. Percaya Diri, Keingintahuan, Dan Berjiwa Wirausaha: Tiga Karakter
Penting Bagi Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni. 215
Hardi Utomo. 2010. Kontribusi
Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan. Among Makarti,
Vol.3 No.5 Juli. 96-97
M. Aung Rokhimawan. "Pengembangan
Softskill Guru dalam Pembelajaran Sains SD/MI Masa Depan yang Bervisi Karakter
Bangsa." Al-Bidayah. Vol. 4.
No. 1 2012. Hal 51.
M. Kautsar Juhairi. RPP Kurikulum 2013 revisi tahun 2017. Guru SD.Web.Id.
diakses pada senin 4 mei 2020 pukul 19.00
NR Amalia. eprints UNY. Bab II Kajian
Teori Softskill, eprints UNY. https://eprints.uny.ac.id/8954/3/BAB%202%20-08402244004.pdf. Diakses pada 30 April 2020. pukul 23.00. Hal. 10.
Rina Yunita. 2011. Keseimbangan Isi dan Proses dalam Kurikulum. http://rinayunanta.blogspot.com/2011/04/keseimbangan-isi-dan-proses-dalam.html?m=1, Diakses pada 2 Mei 2020, pukul 17.00
Ubaydillah. 2019. Upaya guru dalam menanamkan
softskill dan hardskill peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq di
Madrasah Aliah Negeri 1 Malang,Tesis, Program Magister
PAI Pascasarjana UIN Maulana malik ibrahim, Malang. Hal.27
Yunny Erlia Putri dkk., 2019. “Peningkatan Kualitas Hard Skill dan Soft Skill Melalui
Pengembangan Program Teaching Factory (Tefa) Di Smk Model Pgri 1
Mejayan”, Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, Vol.7. No.2. 27
[1] Hardi Utomo. “Kontribusi Soft Skill Dalam
Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan”. Among Makarti, Vol.3 No.5
Juli 2010. 96-97
[2] Das Salirawati. “Percaya Diri, Keingintahuan, Dan Berjiwa Wirausaha: Tiga Karakter
Penting Bagi Peserta Didik”. Jurnal Pendidikan
Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012. 215
[3] Rina Yunita,
“Keseimbangan Isi dan Proses Dalam Kurikulum”, 2011, http://rinayunanta.blogspot.com/2011/04/keseimbangan-isi-dan-proses-dalam.html?m=1, Diakses pada
2 Mei 2020, pukul 17.00
[4] NR Amalia,
eprints UNY, Bab II Kajian Teori Softskill, eprints UNY, https://eprints.uny.ac.id/8954/3/BAB%202%20-08402244004.pdf. Diakses pada
30 April 2020, pukul 23.00. Hal. 10.
[5]Ubaydillah, Upaya guru dalam
menanamkan softskill dan hardskill peserta didik dalam pembelajaran Aqidah
Akhlaq di Madrasah Aliah Negeri 1 Malang,Tesis, Program Magister PAI
Pascasarjana UIN Maulana malik ibrahim, Malang 2019. Hal.27
[6] Ibid, Hal 31
[7] Ibid, Hal. 35
[8] Ibid, Hal. 37
[9] Ibid, Hal. 38
[10] Ibid, Hal. 41-42
[11] Ubaydillah. “Upaya guru dalam menanamkan
softskill dan hardskill peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq di
Madrasah Aliah Negeri 1 Malang”. Tesis. Program Magister PAI
Pascasarjana UIN Maulana malik ibrahim. Malang. 2019.
[12] M. Kautsar
Juhairi. RPP Kurikulum 2013 revisi tahun 2017". Guru
SD.Web.Id. diakses pada senin 4 mei 2020 pukul 19.00)
[13] M. Aung Rokhimawan. "Pengembangan
Softskill Guru dalam Pembelajaran Sains SD/MI Masa Depan yang Bervisi Karakter
Bangsa." Al-Bidayah. Vol. 4.
No. 1 2012. Hal 51.
[14] Yunny Erlia Putri, dkk., “Peningkatan Kualitas Hard Skill dan
Soft Skill Melalui Pengembangan Program Teaching Factory (Tefa) Di
Smk Model Pgri 1 Mejayan”, Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, Vol.7.
No.2 (2019), 27
[15]
Amni
Fauziah, dkk., “Hubungan
Antara Motivasi Belajar Dengan Minat Belajar Siswa Kelas Iv Sdn Poris Gaga 05
Kota Tangerang”, Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 4 No. 1
Tahun 2017, 48
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda