Kamis, 24 September 2020

Makalah IMPLEMENTASI KESEIMBANGAN SOFT SKILL DAN HARD SKILL PADA KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

 

IMPLEMENTASI KESEIMBANGAN SOFT SKILL DAN HARD SKILL PADA KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu : Abdulloh Hadziq, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kurikulum PAI di Sekolah


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM  NEGERI SURAKARTA

2020



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belalang

Implementasi dari softskill dan hardskill pada kurikulum PAI sangatlah penting mengingat keterkaitan antara softskill dan hardskill sendiri. Pada dasarnya softskill dan hardskill saling melengkapi karena kemampuan softskill yang baik akan mempermudah mempelajari hardskill. Softskill merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang sejak lahir, sehingga tanpa dilatihpun seseorang akan ahli dalam hal tersebut, contohnya saja mahir berkomunikasi sehingga nanti dalam mempelajari hardskill dibidang pendidikan seperti waktu mengajar atau menyampaikan pendapat dikelas itu akan mudah diterima oleh orang-orang.

Kemampuan softsill dan hardskill haruslah seimbang, semisal kalo tidak seimbang itu akan berbahaya karena orang dengan hardskill yang baik tanpa softskill yang baik akan mempunyai perilaku yang kurang baik, contoh saja seperti orang yang pandai dalam akademik akan mudah membohongi orang yang tidak belajar, karena tidak diimbangi dengan softskill maka orang tersebut mempunyai perilaku yang kurang baik.

B.    Rumusan Masalah

1.       Apa pengertian softskill dan hardskill?

2.       Bagaimana implementasi softskill dan hardskill pada kurikulum PAI bila dikaitkan dengan isi dan proses kurikulum pembelajaran?

3.       Bagaimana implementasi softskill dan hardskill pada kurikulum PAI bila dikaitkan dengan proses dan kesiapan belajar?

4.       Bagaimana implementasi softskill dan hardskill pada kurikulum PAI bila dikaitkan dengan minat dan motif belajar?

 

C.    Tujuan Penulisan

1.     Memahami pengertian softskill dan hardskill.

2.     Mamahami implementasi softskill dan hardskill pada kurikulum PAI bila dikaitkan dengan isi dan proses kurikulum pembelajaran.

3.     Mengetahui implementasi softskill dan hardskill pada kurikulum PAI bila dikaitkan dengan proses dan kesiapan belajar.

4.     Mengetahui implementasi softskill dan hardskill pada kurikulum PAI bila dikaitkan dengan minat dan motif belajar.


 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Softskill dan Hardskill

Hardskill menggambarkan perilaku dan keterampilan yang dapat dilihat mata (eksplisit). Hardskill adalah skill yang dapat menghasilkan sesuatu sifatnya visible dan immediate. Menurut Fachrunissa, kemampuan hardskill adalah semua hal yang berhubungan dengan pengayaan teori yang menjadi dasar pijakan analisis atau sebuah keputusan. Hardskill dapat dinilai dari technical test atau practical test. Menurut Santoso dan Fachrunissa, elemen hardskill dapat terlihat dari intelligence quotion thingking yang mempunyai indikator kemampuan menghitung, menganalisa, mendisain, wawasan dan pengetahuan yang luas, membuat model dan kritis. Softskill merujuk kepada indikator seperti kreativitas, sensitifitas, intuisi yang lebih terarah pada kualitas personal yang berada di balik perilaku seseorang.[1]

Penelitian di Harvard University Amerika menunjukkan kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill), tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Bahkan, orang-orang tersukses di dunia dapat berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa karakter yang baik sangat penting dimiliki peserta didik karena otak yang hebat tanpa disertai kepribadian yang baik sulit diterima di masyarakat nasional maupun internasional.[2]

 

B.    Implementasi Softskill dan Hardskill pada Kurikulum PAI dikaitkan dengan Isi dan Proses Kurikulum Pembelajaran

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum atau pengajaran bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan informasi, tetapi harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan dibutuhkan, baik bagi pengetahuan itu sendiri maupun bagi siswa dan lingkungannya. Dan proses merupakan tahapan-tahapan yang harus dilalui.[3]

Soft skill merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk diri sendiri, berkelompok, dan bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan kemampuan soft skill membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat. Misal melalui keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika, dan moral santun, serta keterampilan spiritual.[4] Soft skill adalah suatu perkembangan dari EQ yang berhubungan dengan kemampuan untuk bersosialisasi. Selain kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, softskill juga berbincang tentang bagaimana berhubungan dengan dirinya sendiri.

Jenis-jenis softskill dan contohnya secara umum dibagi ke dalam dua kategori yaitu, kemampuan intrapersonal atau kemampuan yang mampu mengatur dirinya sendiri, seperti tanggung jawab, pengendalian diri integritas, dan kepercayaan diri. Dan kategori yang kedua kemampuan interpersonal atau kemampuan untuk bersosialisasi, seperti kemampuan beradaptasi dengan orang lain, berbagai ilmu dengan orang lain, negosiasi, bekerja sama dalam tim, dan kemampuan memimpin.[5] Untuk menanamkan softskill pada para siswa faktor yang sangat berpengaruh adalah dimulai dari guru. Guru harus bisa jadi living example dari mulai datang tepat waktu, mengisi tugas, dan sebagainya. Kemampuan prestasi dan menulis siswapun masih banyak yang belum bagus, sehingga guru juga harus bisa melatih siswa supaya aktif, supaya berani membicarakan ide, dan lain-lain.[6]

Hardskill yaitu penugasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Hardskill merupakan penugasan keterampilan teknis dari hasil pembelajaran yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu. Contohnya bidang ilmu kedokteran, teknologi, olahraga, seni dan ilmu lainnya. kita bisa melihat atau mengukur hasil seseorang dari riwayat pendidikannya.[7]

Ada di mana seseorang dapat menanamkan hardskill yang baik namun tidak diiringi dengan softskill yang baik, maka hal itu merupakan sesuatu yang berbahaya. Orang yang seperti itu akan cenderung menggunakan kepintarannya untuk membodohi orang lain, dan melakukan tindakan-tindakan destruktif. Hardskill dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

           1.        Ilmu atau kemampuan seseorang dalam memahami ilmu yang dipelajarinya.[8]

           2.        Keterampilan. Yang dimaksud keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.[9] Misalnya seorang anak yang bisa melakukan salat, setelah belajar fiqih tentang bab salat. Atau seorang anak yang membaca Al-Qur’an dengan baik setelah ia mempelajari Al Quran Hadits.

Salah satu cara menanamkan dan mengembangkan softskill dan hardskill pada dunia pendidikan yaitu:

               1.    Menyusun rencana pembelajaran. Sebelum memulai belajar pembelajaran tentunya pendidik harus menyusun rencana pembelajaran. Dalam rencana pembelajaran pendidik dapat merencanakan softskill dan hardskill apa saja yang akan diberikan, sehingga peserta didik dapat menguasainya. Misalkan kemampuan berkomunikasi yang baik, sopan, tanggung jawab, dan juga keterampilan.

               2.    Menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Dengan adanya model atau contoh, softskill atau hardskill akan lebih mudah untuk dipahami peserta didik. Di sini pendidik harus bisa menjadi model dari softskill dan hardskill tersebut, sehingga peserta didik memiliki contoh dalam bersikap.

               3.    Memberikan bimbingan, menanamkan softskill dan hardskill peserta didik membutuhkan bimbingan. Disini siapa lagi kalau bukan peran guru yang diperlukan. Dengan bimbingan, peserta didik dapat mengetahui kemampuan apa saja yang harus dikembangkan, sehingga dapat memiliki softskill dan hardskill yang berguna untuk dirinya dan orang lain.

Contohnya dengan menjadi role model (guru sebagai contoh), kemudian memberikan message of the world (moral yang diberikan oleh pendidik dalam setiap pertemuan), selanjutnya memberikan hidden kurikulum (pelajaran tersembuni, ini ditampilkan dengan tidak terbentuk suatu mata pelajaran tetapi selalu disampaikan sebagai kompetensi tambahan).[10]

Implementasi kesimbangan softskill dan hardskill pada kurikulum PAI sendiri sebenarnya sudah berjalan, meskipun kurang dijalankan dengan baik. Contoh dalam isi atau materi pembelajaran PAI sendiri terdapat  materi untuk bersabar, namun masih banyak siswa yang tidak bersabar, serta peran guru sebagai rolemodel sendiripun kadang kurang bisa diandalkan.

Contoh lain terdapat materi mengenai Perilaku buruk, yaitu salah satunya larangan berbuat curang. Dalam hal ini mencontek merupakan salah satu contoh perilaku curang. Terkadang siswa paham materinya, namun tidak diimbangi dengan softskillnya, dan guru juga kadang menganggap mencontek adalah hal biasa, padahal ini termasuk menyalahi faktor kejujuran dan etika dalam soft skill. Materi soft skill yang perlu ditanamkan kepada peserta didik tidak lain adalah penanaman sikap jujur, kemampuan berkomunikasi. Dan kejadian ini merupakan salah satu kesalahan dalam menerapkan softskill dan hardskill dalam pendidikan PAI. [11]

C.    Implementasi Softskill dan Hardskill Pada Kurikulum PAI dikaitkan dengan Proses dan Kesiapan Belajar

Proses pembelajaran dan kesiapan belajar softskill dan hardskill pada kurikulum PAI K13, di kurikulum K13 ada yang namanya 4C yaitu Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation, inilah yang sebenarnya menjadi tujuan dari kurikulum 2013 dan bukan hanya transfer materi saja.[12] 4C tersebut merupakan penerapan softskill pada kurikulum 2013. Sedangkan hardskill sendiri pada kurikulum 2013 yaitu dengan transfer ilmu pengetahuan karena pada dasarnya hardskill memang mendasar pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknik pada bidang ilmunya masing-masing.[13] Pada proses belajarnya softskill sangat membatu untuk mengasah hardskill pada seseorang, karena sifat softskill yang berasal dari lahir dan hardskill yang berasal dari proses belajar yang sedikit lama. Sehingga pada proses pembelajaran pada kurikulum 2013 harus diseimbangkan antara softskill dan hardskill karena memang sangat berhubungan erat.

Kesiapan pembelajaran harus sangat diperhatikan mengingat pentingnya pembelajaran softskill dan hardskill pada kurikukum 2013 tepatnya di Pendidikan Agama Islam ini, guru yang dituntut menjadi fasilitator dan bukan lagi sebagai sumber ilmu satu-satunya dikelas haruslah mempersiapkan apa yang akan di ajarkan kepada siswanya terkait pembelajaran softskill dan hardskill, semisal pembentukan karakter yang dicanangkan pada kurikulum 2013 yang menjadi salah satu tujuan dari diterapkannya K13 bisa diambil dari nama mata pelajaran aqidah akhlak, semisal dengan pembahasan akhlak dari tokoh-tokoh islam terdahulu sehingga mampu menginspirasi siswa menjadi lebih baik dan mempunyai karakter yang islami dan dalam pengembangan hardskill guru harus paham dalam penyampaian materi atau transfer ilmu, contoh saja untuk pengasahan hardskill dengan cara guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk membahas sebuah masalah dan cara memecahkannya, dari metode diatas selain mengembangkan hardskill juga mengembangankan softskill juga karena memang hardskill dan softskill berkesinambungan.

 

D.    Implementasi Softskill dan Hardskill pada Kurikulum PAI dikaitkan dengan Minat dan Motif Belajar

Keberhasilan seseorang tidak bisa diukur dengan hardskill saja, tetapi juga ditentukan dengan soft skill yang bisa menjadikan seseorang dapat diterima dengan baik di suatu lingkungan atau tidak. Hard skill yang dimiliki siswa yaitu sebuah ilmu pengetahuan kemampuan siswa masing-masing sesuai dengan bidang yang diminatinya, sedangkan soft skill ialah keterampilan dan pengalaman siswa selama mengikuti kegiatan praktik industri di lapangan maupun di sekolah, mengikuti ekstrakurikuler, bahkan pelatihan pendidikan karakter.[14]

Untuk melihat atau mengukur kemampuan siswa dalam hard skill ataupun soft skill diperlukan minat ataupun motivasi belajar pada diri siswa. Dalam proses pembelajaran, minat merupakan sebuah awal penggerakan untuk siswa dalam belajar yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diingkinkan. Tujuan dalam kaitan ini adalah tujuan pembelajaran. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki minat belajar dalam dirinya maka dia akan mencapai keinginan atau cita-citanya, tetapi jika seorang siswa tidak memiliki minat dalam belajar maka siswa tersebut tidak akan bisa mencapai keinginan atau cita-citanya. Minat belajar siswa sangat dibutuhkan dalam pemebelajaran, agar siswa tersebut mempunyai ketertarikan terhadap materi yang diajarkan. Selain minat siswa juga membutuhkan dorongan atau gerakan untuk mencapai tujuannya atau cita-citanya. 

Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendorong semangat belajar siswa. Di dalam motivasi juga terdapat keinginan dan cita-cita yang tinggi. Sehingga siswa yang mempunyai motivasi belajar akan mengerti dengan apa yang menjadi tujuan dalam belajar, disamping itu keadaan siswa yang baik dalam belajar akan menyebabkan siswa tersebut semangat dalam belajar dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik.

Motivasi merupakan dorongan seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuannya. Motivasi juga bisa berasal dari dalam diri dan dari orang lain, baik itu guru, keluarga dan teman. Siswa yang memiliki motivasi belajar maka akan serius dan tertarik dalam pembelajaran sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, tetapi siswa yang tidak memiliki motivasi belajar maka akan selalu merasa bosan dalam pembelajaran. Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa.[15]

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

 Elemen hardskill dapat terlihat dari intelligence quotion thingking yang mempunyai indikator kemampuan menghitung, menganalisa, mendisain, wawasan dan pengetahuan yang luas, membuat model dan kritis sedangkan softskill merujuk kepada indikator seperti kreativitas, sensitifitas, intuisi yang lebih terarah pada kualitas personal yang berada di balik perilaku seseorang. Cara menanamkan dan mengembangkan softskill dan hardskill pada dunia pendidikan yaitu menyusun rencana pembelajaran dan Menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Proses pembelajaran dan kesiapan belajar softskill dan hardskill pada kurikulum PAI K13, di kurikulum K13 dikenal dengan 4C yaitu Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation. Untuk melihat atau mengukur kemampuan siswa dalam hard skill ataupun soft skill diperlukan minat ataupun motivasi belajar pada diri siswa. Dalam proses pembelajaran, minat merupakan sebuah awal penggerakan untuk siswa dalam belajar yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diingkinkan. Sedangkan motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendorong semangat belajar siswa.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Amni Fauziah, dkk., Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Minat Belajar Siswa Kelas Iv Sdn Poris Gaga 05 Kota Tangerang, Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 4 No. 1 Tahun 2017, 48

Das Salirawati. 2012. Percaya Diri, Keingintahuan, Dan Berjiwa Wirausaha: Tiga Karakter Penting Bagi Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni. 215

Hardi Utomo. 2010. Kontribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan. Among Makarti, Vol.3 No.5 Juli. 96-97

M. Aung Rokhimawan. "Pengembangan Softskill Guru dalam Pembelajaran Sains SD/MI Masa Depan yang Bervisi Karakter Bangsa."  Al-Bidayah. Vol. 4. No. 1 2012. Hal 51.

M. Kautsar Juhairi. RPP Kurikulum 2013 revisi tahun 2017. Guru SD.Web.Id. diakses pada senin 4 mei 2020 pukul 19.00

NR Amalia. eprints UNY. Bab II Kajian Teori Softskill, eprints UNY. https://eprints.uny.ac.id/8954/3/BAB%202%20-08402244004.pdf. Diakses pada 30 April 2020. pukul 23.00. Hal. 10.

Rina Yunita. 2011. Keseimbangan Isi dan Proses dalam Kurikulum. http://rinayunanta.blogspot.com/2011/04/keseimbangan-isi-dan-proses-dalam.html?m=1, Diakses pada 2 Mei 2020, pukul 17.00

Ubaydillah. 2019. Upaya guru dalam menanamkan softskill dan hardskill peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah Aliah Negeri 1 Malang,Tesis, Program Magister PAI Pascasarjana UIN Maulana malik ibrahim, Malang. Hal.27

Yunny Erlia Putri dkk., 2019. “Peningkatan Kualitas Hard Skill dan Soft Skill Melalui Pengembangan Program Teaching Factory (Tefa) Di Smk Model Pgri 1 Mejayan”, Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, Vol.7. No.2. 27

 



[1] Hardi Utomo. “Kontribusi Soft Skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan”. Among Makarti, Vol.3 No.5 Juli 2010. 96-97

               [2] Das Salirawati. “Percaya Diri, Keingintahuan, Dan Berjiwa Wirausaha: Tiga Karakter Penting Bagi Peserta Didik”. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012. 215

[3] Rina Yunita, “Keseimbangan Isi dan Proses Dalam Kurikulum”, 2011, http://rinayunanta.blogspot.com/2011/04/keseimbangan-isi-dan-proses-dalam.html?m=1, Diakses pada 2 Mei 2020, pukul 17.00

[4] NR Amalia, eprints UNY, Bab II Kajian Teori Softskill, eprints UNY, https://eprints.uny.ac.id/8954/3/BAB%202%20-08402244004.pdf. Diakses pada 30 April 2020, pukul 23.00. Hal. 10.

[5]Ubaydillah, Upaya guru dalam menanamkan softskill dan hardskill peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah Aliah Negeri 1 Malang,Tesis, Program Magister PAI Pascasarjana UIN Maulana malik ibrahim, Malang 2019. Hal.27

[6] Ibid, Hal 31

[7] Ibid, Hal. 35

[8] Ibid, Hal. 37

[9] Ibid, Hal. 38

[10] Ibid, Hal. 41-42

[11] Ubaydillah. “Upaya guru dalam menanamkan softskill dan hardskill peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah Aliah Negeri 1 Malang”. Tesis. Program Magister PAI Pascasarjana UIN Maulana malik ibrahim. Malang. 2019.

[12] M. Kautsar Juhairi. RPP Kurikulum 2013 revisi tahun 2017". Guru SD.Web.Id. diakses pada senin 4 mei 2020 pukul 19.00)

[13] M. Aung Rokhimawan. "Pengembangan Softskill Guru dalam Pembelajaran Sains SD/MI Masa Depan yang Bervisi Karakter Bangsa."  Al-Bidayah. Vol. 4. No. 1 2012. Hal 51.

 

[14] Yunny Erlia Putri, dkk., “Peningkatan Kualitas Hard Skill dan Soft Skill Melalui Pengembangan Program Teaching Factory (Tefa) Di Smk Model Pgri 1 Mejayan”, Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, Vol.7. No.2 (2019), 27

[15] Amni Fauziah, dkk.,Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Minat Belajar Siswa Kelas Iv Sdn Poris Gaga 05 Kota Tangerang”, Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 4 No. 1 Tahun 2017, 48

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda