Makalah Al-Qur'an
MAKALAH AL-QUR’AN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah: Al-Qur’an
Dosen Pembimbing: Badarudin Muhammad Khadam, M.Pd.
Disusun oleh:
Zahrotul Fathurrahmah 183111132
Isnaini Sholikhah 183111142
Winda Yuliani 113111147
Sholekhah Musrifhah 183111154
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IAIN SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah Kalamullah yang
diturunkan keada Nabi Muhammad lewat perantara malaikat Jibril sebagai
mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang meruakan
dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal, baik aqidah, ibadah, etika,
muamalah, dan sebagainya. Selain sebagai sumber ilmu, Al-Qur’an juga
mempunyaiilmu dalam membacanya. Dalam surat al-Isra’ Allah SWT. telah berfirman,
yang artinya : “ sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang
mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahal yang besar (Q.S Al-Isra
ayat 9).
Begitu besar keagungan Al-Qur’an
sampai-sampai dalam membacanya harus disertai ilmu yang disebut ilmu qiro’at,
karena dikhawatirkan apabila dalam membaca Al-Qur’an tidak disertai ilmunya
akan berakibat berubahnya arti, maksud serta tujuan dalam setiap firman yang
tertulis dalam Al-Qur’an. Selain ilmu qiro’at, Al-Qur’an juga suatu rangkaian
kalimat yang serasi satu dengan yang lainnya. Keserasian kalimat antar kalimat,
ayat antar ayat sampai kepada surat antar surat membuat al-Qur’an dijuluki suatu
rangkaian syair yang begitu indah mustahil untuk diserupai. Dalam rangkaian
ulumul Qur’an, keserasian dalam Al-Qur’an disebut munasabah Al-Qur’an.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
adab-adab membaca Al-Qur’an?
2.
Mengapa
dalam membaca Al-Qur’an harus mempelajari ilmu tajwid?
3.
Bagaimana
hukum membaca Al-Qur’an?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui apa saja adab-adab membaca Al-Qur’an
2.
Untuk
mengetahui mengapa harus mempelajari ilmu tajwid
3.
Untuk
mengetahui bagaimana hukum membaca Al-Qur’an
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pahala
Membaca Al-Qur’an
1.
Menjadi
manusia yang terbaik
Orang
yang membaca Al-Qur’an adalah manusia yang terbaik dan manusia yang paling
utama. Sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan dari Utsman, bahwa Rasulullah
bersabda : “sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar dan mengajarkan
Al-Qur’an.”(HR. Al-Bukhari)
2.
Mendapat
kenikmatan tersendiri
Membaca
Al-Qur’an adalah kenikmatan yang luar biasa, seseorang yang sudah merasakan
kenikmatan membacanya tidak akan bosan sepanjang malam dan siang. Sebagaimana
hadits Nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah beliau bersabda : “tidak ada
iri yang diperbolehkan kecuali pada dua perkara. Pertama, seseorang yang
diajarkan Al-Qur’an oleh Allah SWT. ia membacanya sepanjang malam dan siang.
Seorang tetangga mendengar bacaannya itu maka berkata: “seandainya aku diberi
seperti apa yang diberikan kepada si Fulan, maka aku mengamalkannya sebagaimana
yang diamalkan olehnya”. Kedua, sesorang yang dilimpahkan harta kekayaan ia
belanjakan ke jalan yang hak, kemudia seorang laki-laki berkata : “seandainya
aku diberi seperti apa yang diberikan kepada si Fulan maka aku beramal seperti
yang ia amalkan”. (HR. Al-Bukhari)
3.
Derajat
yang tinggi
Seorang
mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya akan mendapat derajat yang
tinggi, baik disisi Allah maupun disisi manusia. Sebagaimana sabda Nabi yang
diriwayatkan dari Abu Musa Asy-Asy’ari : “perumpamaan mukmin yang membaca
Al-Qur’an bagaikan buah utrujah (seperti jeruk dan apel), aromanya harum dan
rasanya enak. Perumpamaan mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan buah
kurma, tidak ada aromanya tetapi rasanya manis. Perumpamaan munafik yang
membaca Al-Qur’an bagaikan raihanah (seperti buang mawar dan yasmin), baunya
harum tetapi rasanya pahit. Sedangkan perumpamaan munafik yang tidak membaca
Al-Qur’an bagaikan daun hanzalah, tidak ada aromanya dan rasanya pahit. (HR.
Al-Bukhori)
4.
Bersama
para malaikat
Orang
membaca Al-Qur’an dengan fasih dan mengamalkannya, akan bersama dengan para
malaikat yang mulia derajatnya. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayat dari
Aisyah:
Orang
yang mahir membaca Al-Qur’an kedudukannya bersama para maikat yang suci dan
taat, sedang orang yang susah bacaannya dan berat lisannya mendapat dua
pahala.(HR. MUSLIM)
5.
Syafa’at
Al-Qur’an
Al-Qur’an
akan memberi syafa’at bagi orang yang
membacanya dengan benar dan baik, serta memperhatikan adab-adabnya. Diantaranya
merenungkan makna-maknanya dan mengamalkannya. Maksud memberi syafa’at adalah
memohonkan pengampunan bagi pembacanya dari segala dosa yang ia lakukan. Maka
orang yang ahli membaca Al-Qur’an jiwanya besih, dekat dengan Tuhan. Hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Umamah dari Rasulullah SAW bersabda:
Bacalah
Al-Qur’an maka ssungguhnya ia akan datang besok hari kiamat memberi syafa’at
bagi membacanya.(HR. MUSLIM)
6.
Kebaikan
membaca Al-Qur’an
Seseorang
yang membaca Al-Qur’an mendapat pahala yang berlipat ganda, satu huruf diberi
pahala sepuluh kebaikan. Tidak ada system perrekonomian didunia ini yang
semurah Tuhan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah
SAW bersada:
Barang
siapa membaca satu huruf dari kitab Allah(Al-Qur’an) mendapat satu kebaikan dan
satu kebaikan itu dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak berkata
Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu
huruf.(HR At-Tirmizi)
7.
Keberkahan
Al-Qur’an
Orang
yang membaca Al-Qur’an baik dari hafalan maupun dengan melihat mushaf akan
membawa kebaikan dan keberkahan dalam hidupnya bagaikan sebuah rumah yang
dihuni pemiliknya dan tersedia segala perabotan dan peralatan yang diperlukan.
Sebaliknya orang yang tidak terdapat Al-Qur’an hatinya bagaikan rumah yang
kosong tidak berpenhuni dan tanpa perabotan. Demikianlah hati orang yang tidak
membaca Al-Qur’an, akan terjadi kekosongan jiwa tidak ada zikir kepada Allah
dan kotor dan berdebu hatinya, akan membuat orang sesat dari jalan yang lurus.
Seperti hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
seseorang yang tidak ada dalam perutnya sesuatu diri Al-Qur’an bagaikan rumah
kosong(dari penghuni).”(HR At-Tirmidzi)
B.
Adab
Membaca Al-Qur’an
1.
Berguru
secara musyafahah( secara langsung)
2.
Niat
membaca dengan ikhlas
3.
Dalam
keadaan bersuci
4.
Memilih
tempat yang pantas dan suci
5.
Menghadap
kiblat dan berpakaian sopan
6.
Bersiwak
(gosok gigi)
7.
Membaca
Ta’awwudz
8.
Membaca
Al-Qur’an dengan tartil(perlahan-lahan/ tidak terburu-buru)
9.
Merenungkan
makna Al-Qur’an
10.
Khusyu’
dan khudhu’ (merendahkan hati)
11.
Memperindah
suara
12.
Menyaringkan
suara
13.
Tidak
dipotong dalam pembicaraan lain
14.
Tidak
melupakan ayat-ayat yang sudah dihafal
C.
Qira’ah
Sab’ah
Qiro’at merupakan cabang ilmu
tersendiri dalam Ulumul Qur’an. Ilmu Qir’at tidak mempelajari halal haram atau
hukum-hukum tertentu. Menurut bahasa berarti bacaan. Adapun menurut istilah
ilmu qiro’at adalah ilmu yang membahas tentang tata cara pengucapan kat-kata
al-Qur’an berikut cara penyampaiannya, baik yang disepakati ulama ahli
Al-Qur’an maupun yang terjadi dengan menishabkan setiap wajab bacaannya kepada
seorang imam qiro’at.
Qiro’ah
sab’ah atau qiro’ah tujuh adalah macam cara membaca Al-Qur’an yang berbeda.
Disebut qiro’ah sab’ah karena ada tujuh imam qiro’ah yang terkenal masyhur yang
masing-masing memiliki langgam bacaan tersendiri. Tujuh imam tersebut adalah
ibnu Amir, Ibnu Katsir, ‘Asyim al-kufy, Abu Amr, Hamzah al-Kufy, Imam Nafi,
Al-Kisay. Tiap imam qiro’at memiliki dua orang murid yang bertindak sebagai
perowi. Tiap perowi tersebut juga memiliki perbedaan dalam cara membaca Qur’an,
sehingga ada 14 cara membaca Al-Qur’an yang masyhur. Perbedaan cara membaca itu
sama sekali bukan dibua-buat, baik dibuat oleh imam qiro’at maupun oleh
perowinya. Cara membaca tersebut merupakan ajaran Rasulullah dan memang seperti
itulah Al-Qur’an diturunkan.
D.
Ilmu
Makhraj Dan Tajwid
· Ilmu Makhraj
Makharijul adalah jama’ dari kata makhraj yang berarti tempat
keluar. Sedangkan huruf adalah jam’ dari kata harf yang berarti huruf. . Dengan
demikian, arti makharijul huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf.
Berdasarkan
pada proses pembentukan dan tempatnya, menurut jumhur ulama, makharijul huruf
bisa dikelompokkan menjad 5 yaitu :
1.
Al-Jauf
Al-Jauf
artinya rongga mulut dan tenggorokan. Seluruh lubang tenggorokan sampai ruangan
mulut ke semuanya masuk wilayah al-Jauf. Huruf yang keluar dari tempat ini
adalah huruf mad yang jumlahnya ada 3, yakni alif mati yang jatuh setelah
fathah, ya’ mati setelah kasroh, dan wawu mati setelah dhomah.
نُوحِيْهَا
2.
Al-Halqu
Al-Halqu
artinya tenggorokan. Batas wilayahnya adalah mulai dari pangkal tenggorokan
sampai ujung tenggorokan. Huruf yang keluar dari tempat ini ada 6, yaitu :ء, ه, ع, ح, غ, خ
3.
Al-Lisan
Al-Lisan
artinya lidah. Huruf yang keluar al-Lisan ada 18 huruf, yaitu : ق- ك-ج- ش- ي- ض- ل- ن- ر- ط - د- ت- ص- س- ز-
ظ- ذ- ث
4.
Al-Syafatain
Al-Syafatain
artinya adalah dua bibir. Hurufyang keluar dari al-Syafatain ada 4, yaitu : ف- ب- م- و
5.
Al-Khoisyum
Al-Khoisyum
artinya pangkal hidung. Huruf yang keluar dari al-Khoisyum adalah huruf-huruf
ghunnah, yaitu mim dan nun syiddah, mim mati bertemu mim dan ba’, serta nun
mati atau tanwin ketika dibaca ikhfa’, iqlab, dan idghom bi ghunnah. Makhroj
ini merupakan pindahan dari makhroj aslinya huruf mim dan nun.
· Ilmu Tajwid
Tajwid
sendiri jika dilihat dari bahasa berasal dari kata ” Jawwada ” (جوّد-يجوّد-تجويدا) yang mempunyai arti melakukan sesuatu
dengan indah, bagus, dan membaguskan. Sedangkan di dalam Ilmu Qiraah, tajwid
mempunyai arti mengeluarkan huruf dari tempatnya yang sesuai dengan sifat-sifat
yang dimiliki huruf tersebut. Sedangkan jika dilihat dari segi istilah, Tajwid
ini adalah ilmu untuk membaguskan pembacaan pada kitab suci Al-Qur’an disertai
dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid yang berlaku pada setiap huruf.
1.
Hukum
Bacaan Nun Mati/ Tanwin
Nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) jika bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah, hukum bacaannya ada 5 macam, yaitu:
Nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) jika bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah, hukum bacaannya ada 5 macam, yaitu:
· Izhar (إظهار)
Izhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) bertemu dengan salah satu huruf halqi (ا ح خ ع غ ه ), maka dibacanya jelas/terang.
Izhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) bertemu dengan salah satu huruf halqi (ا ح خ ع غ ه ), maka dibacanya jelas/terang.
· Idgham (إدغام)
Idgham Bighunnah (dilebur dengan disertai dengung) Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) kedalam huruf sesudahnya dengan disertai (ber)dengung, jika bertemu dengan salah satu huruf yang empat, yaitu: ن م و ي . Idgham Bilaghunnah (dilebur tanpa dengung) yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) kedalam huruf sesudahnya tanpa disertai dengung, jika bertemu dengan huruf lam atau ra (ر، ل)
Idgham Bighunnah (dilebur dengan disertai dengung) Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) kedalam huruf sesudahnya dengan disertai (ber)dengung, jika bertemu dengan salah satu huruf yang empat, yaitu: ن م و ي . Idgham Bilaghunnah (dilebur tanpa dengung) yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) kedalam huruf sesudahnya tanpa disertai dengung, jika bertemu dengan huruf lam atau ra (ر، ل)
· Iqlab (إقلاب)
Iqlab artinya menukar atau mengganti. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) bertemu dengan huruf ba (ب), maka cara membacanya dengan menyuarakan /merubah bunyi نْ menjadi suara mim (مْ), dengan merapatkan dua bibir serta mendengung.
Iqlab artinya menukar atau mengganti. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) bertemu dengan huruf ba (ب), maka cara membacanya dengan menyuarakan /merubah bunyi نْ menjadi suara mim (مْ), dengan merapatkan dua bibir serta mendengung.
· Ikhfa (إخفاء)
Ikhfa artinya menyamarkan atau tidak jelas. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ /نْ) bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang 15 (ت ث ج د ذ س ش ص ض ط ظ ف ق ك ), maka dibacanya samar-samar, antara jelas dan tidak (antara izhar dan idgham) dengan mendengung.
Ikhfa artinya menyamarkan atau tidak jelas. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ /نْ) bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang 15 (ت ث ج د ذ س ش ص ض ط ظ ف ق ك ), maka dibacanya samar-samar, antara jelas dan tidak (antara izhar dan idgham) dengan mendengung.
2.
Hukum
Bacaan Mim Mati
Mim mati (مْ) bila bertemu dengan huruf hijaiyyah, hukumnya ada tiga, yaitu:ikhfa syafawi, idgham mim, dan izhar syafawi.
Mim mati (مْ) bila bertemu dengan huruf hijaiyyah, hukumnya ada tiga, yaitu:ikhfa syafawi, idgham mim, dan izhar syafawi.
· Ikhfa Syafawi (إخفاء سفوى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan.
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan.
· Idgham Mimi (إدغام ميمى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan mim (مْ), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung.Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan mim (مْ), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung.Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.
· Izhar Syafawi (إظهار سفوى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.
3.
Qalqalah
Menurut bahasa qalqalah artinya gerak, sedangkan menurut istilah qalqalah adalah bunyi
huruf yang memantul bila ia mati atau dimatikan, atau suara membalik dengan
bunyi rangkap. Adapun huruf qalqalah terdiri atas lima huruf, yaitu : ق , ط , ب , ج , د agar mudah
dihafal dirangkai menjadi قُطْبُ جَدٍ
Macam-macam
qalqalah :
a. Qalqalah kubra (besar)
yaitu Huruf Qalqalah yang berbaris hidup, dimatikan karena
waqaf. inilah Qalqalah yang paling utama, cara membacanya dikeraskan
qalqalahnya.
Contoh : مَا خَلَقَ . أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ . زَوْجٍ بَهِيْجٍ .
Contoh : مَا خَلَقَ . أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ . زَوْجٍ بَهِيْجٍ .
b. Qalqalah Sugra (kecil)
yaitu Huruf
Qalqalah yang berbaris mati, tetapi tidak waqaf padanya,caranya membacanya
kurang dikeraskan Qalqalahnya.
Contoh : يَقْطَعُوْنَ إِلاَّ إِبْلِيْسَ وَمَا أَدْرَاكَ
Contoh : يَقْطَعُوْنَ إِلاَّ إِبْلِيْسَ وَمَا أَدْرَاكَ
4.
Hukum
membaca Ra
hukum bacaan Ra terbagi menjadi tiga,yaitu:
hukum bacaan Ra terbagi menjadi tiga,yaitu:
a.
Ra
dibaca Tafkhim artinya tebal, apabila keadaannya sbb:
· Ra berharkat fathah اَلرَّسُوْلَ
· Ra berharkat dhummah رُحَمَاءِ
· Ra
diwakafkan sebelumnya huruf yang berharkat fathah atau Dhummah يَنْصُرُ- َاْلاَبْتَرُ
· Ra sukun sebelumnya huruf yang berbaris fathah
atau dhummah تُرْجَعُوْنَ- يَرْحَمٌ
· Ra sukun karena wakaf sebelumnya terdapat alif
atau wau yang mati اَلْغَفُوْرُ-اَلْجَبَّارُ
· Bila ra terletak sesudah Hamzah Washal اُرْكُضْ- اِرْحَمْنَا
b.
Ra
dibaca tarqiq (tipis) apabila keadaannya sebagai berikut:
· Ra berharkat kasrah رِحْلَةَ الشّتَاءِ _ تَجْرِيْ
· Ra sukun sebelumnya huruf berharkat kasrah dan
sesudahnya bukanlah huruf Ist’la’ فِرْعَوْنَ
– مِرْيَةٌ
· Ra sukun sebelumnya huruf yan berharkat kasrah
dan sesudahnya huruf Ist’la’ dalam kata yang terpisah. فَصْبِرْصَبْرًا
· Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf berharkat
kasrah atau ya sukun.
جَمِيْعٌ مُنْتَصِرٌ – يَوْمَئِذِ لَخَبِيْرٌ
جَمِيْعٌ مُنْتَصِرٌ – يَوْمَئِذِ لَخَبِيْرٌ
· Ra sukun karena wakaf sebelumnya bukan huruf
huruf Isti’la’dan sebelumnya didahului oleh huruf yang berbaris kasrah. ذِيْ الذِّكْر
c.
Ra
boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:
· Ra sukun sebelumnya berharkat kasrah dan
sesudahnya huruf Isti’la’ berharkat kasrah atau Kasratain. مِنْ عِرْضِهِ – بِحِرْص
· Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf Isti’la’
yang berbaris mati, yang diawali dengan huruf yang berharkat kasrah. الْقِطْرِ – مِصْرِ
5.
Hukum
Bacaan Mad
Arti dari mad adalah memanjangkan suara suatu bacaan. Huruf mad ada tiga yaitu : ا و ي
Jenis mad terbagi 2 macam, yaitu :
Arti dari mad adalah memanjangkan suara suatu bacaan. Huruf mad ada tiga yaitu : ا و ي
Jenis mad terbagi 2 macam, yaitu :
a.
Mad
Ashli / mad thobi’i
Mad Ashli / mad thobi’I terjadi apabila :
- huruf berbaris fathah bertemu dengan alif
- huruf berbaris kasroh bertemu dengan ya mati
- huruf berbaris dhommah bertemu dengan wawu mati
Panjangnya adalah 1 alif atau dua harokat.
contoh : أراد الله
Mad Ashli / mad thobi’I terjadi apabila :
- huruf berbaris fathah bertemu dengan alif
- huruf berbaris kasroh bertemu dengan ya mati
- huruf berbaris dhommah bertemu dengan wawu mati
Panjangnya adalah 1 alif atau dua harokat.
contoh : أراد الله
b.
Mad
Far’i
1.
Mad wajib muttashil
Adalah huruf mad bertemu hamzah dalam satu lafadz. Panjangnya
adalah 2 atau 2,5 alif ketika washol dan 2 sampai 3 alif ketika waqof.
2.
Mad jaiz munfasil
Adalah huruf mad bertemu hamzah tidak dalam satu lafadz.
Panjangnya 2 atau 2,5 alif ketika washol dan 1 alif ketika waqof.
3.
Mad shilah thowilah
Adalah ha’ dlomir berharokat kasroh atau dhomah (hu-hi)
bertemu hamzah tidak dalam satu lafadz. Panjangnya 2 atau 2,5 alif ketika
washol dan menjadi ha’ sukun ketika waqof.
4.
Mad Shilah Qoshiroh
Adalah ha’ dlomir berharokat kasroh atau dhomah yag huruf
sebelum dan sesudahnya tidak berharokat sukun, serta tidak bertemu dengan
hamzah. Panjangnya 1 alif.
5.
Mad Farqi
Adalah hamzah yang dibaca panjang bengganti hamzah yang
dihilangkan bertemu dengan huruf tasydid. Dalam Al-Qur’an hanya terdapat 3
tempat yaitu Surat Al-An’am ayat 144, surat Yunus ayat 59, dan surat An-Naml
ayat 59.
6.
Mad lazim kalimi mukhoffaf
Adalah huruf mad bertemu huruf sukun asli dalam satu lafadz.
7.
Mad lazim kalimi mutsaqqol
Adalah huruf mad bertemu huruf tasydid dalam satu lafadz.
8.
Mad lazim harfi mukhoffaf
Adalah huruf mad bertemu huruf sukun dalam rangkaian huruf
fawatihus suwar (ن – ق – ص – ع – س – ل – ك – م ).
9.
Mad Lazim Harfi Mukhoffaf
Adalah huruf mad bertemu huruf tasydid karena idghom dalam
rangkaian huruf fawatihus suwar.
10.
Mad ‘Aridl Lissukun
Adalah huuf mad bertemu huruf yang di sukunkan karena waqof.
Panjangnya adalah bisa 1,2, atau 3 alif.
11.
Mad Liin
Adalah huruf Liin bertemu huruf yang disukunkan karena waqof.
Huruf Liin adalah alif, ya’, dan wawu sukun yang sebelumnya berharokat fathah.
Panjangnya adalah bisa 1,2, atau 3 alif.
12.
Mad ‘Iwadl
Adalah harokat fathatain ketika waqof dan selain yang
terdapat pada ta’ marbutoh. Panjangnya satu alif.
13.
Mad Tamkin
Adalah ya’ kasroh bertasydid yang bertemu dengan ya’ sukun.
Panjangnya adalah satu alif.
14.
Mad Badal
Adalah setiap hamzah yang dibaca satu alif sebagai pengganti
hamzah yang dihilangkan.
E.
Jenis
Lagu Bacaan Al-Qur’an
Untuk melagukannya para ahli Quro’ di Indonesia membagi lagu
menjadi 7 bagian :
1.
Bayyati
Fungsi bacaan syair-syair ini sangat erat kaitannya dengan susunan
lagu tilawatil Qur’an, disamping itu berguna untuk lebih mempermudah dalam
penguasaan lagu-lagu tersebut, dan juga untuk selingan dalam pengajaran
tilawatil Qur’an agar terkesan lebih bervariasi dan supaya tidak cepat jemu.
2.
Shoba
Lagu shoba terdiri dari 5 bentuk dengan tga variasi yaitu ajami,
mahur, dan bastanjar, sedangkan untuk tingkatan suaranya ada 2 yaitu jawab dan
jawabul jawab
3.
Hijaz
Lagu hijazi atau hija terdiri dari tujuh bentuk, ada 4 variasi
yaitu kard, kard-kurd, naqrisy dan kurd, sedangkan bentuk tingkatan suara ada
tiga yaitu jawab, jawabul jawab dan qhoror.
4.
Nahawan
Lagu nahawan terdiri dari lima bentuk dan dua variasi yaitu nuqrosi
dan murokab.adapun tingkat suaranya ada dua yaitu jawab dan jawabul-jawab.
5.
Rost
Lagu rost ini hanya sebagai pembuka saja. Adapun lagu rost terdiri
dari tujuh bentuk dan tiga variasi yaitu usyaq, dzanjirot, dan syabir allarost.
Sedangkan tingkat suaranyaada dua yaitu jawab dan jawabul-jawab.
6.
Jiharkah
Lagu jiharkah terdiri dari empat bentuk dan satu variasi yaitu
qurdi. Sedangakan tingkatan suara ada dua yaitu jawab dan jawabul-jawab.
7.
Sikah
Lagu
sikah terdiri dari enam bentuk dan empat variasi yaitu misri, turki, roml, dan
quroq. Sedangkan tingkat suaranya ada tiga yaitu qoror, jawab, dan
jawabul-jawab.
F.
Hukum
Melagukan Bacaan Al-Qur’an
Dalam sebuah firman Allah
dinyatakan, “bacalah Al-Qur’an itu dengan setartil-tartilnya.” (Q.S
Al-Muzammil ayat 4)
Sayyidina
Ali menyatakan “ tartil adalah membaguskan huruf-huruf dan mengerti mengenai
berhentinya baca”.
Rasulullah
saw. bersabda, “hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu, karena suara yang merdu
menambah keindahan Al-Qur’an”. (HR. Ad-Darimy)
Dalam
hadits ini dapat disimpulkan bahwa dalam membaca Al-Qur’an, komponen suara juga
penting. Dalam hadits lain Rasulullah saw. menyatakan “ bukanlah termasuk
golonganku, barangsiapa yang tidak melagukan Al-Qur’an”. (HR. Bukhori,
Ahmad, dan Abu Dawud)
Imam
al-karmarny mengatakan bahwa membaguskan suara dalam membaca Al-Qur’an itu
sunnah hukumnya, sepanjang tidak menyalahi kaidah-kaidah ilmu tajwid.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pahala Membaca Al-Qur’an yaitu Menjadi manusia yang terbaik, mendapat
kenikmatan tersendiri, derajat yang tinggi, bersama para malaikat, syafa’at
Al-Qur’an, kebaikan membaca Al-Qur’an, keberkahan Al-Qur’an. Adab Membaca
Al-Qur’an : berguru secara musyafahah( secara langsung), niat membaca dengan
ikhlas, dalam keadaan bersuci, memilih tempat yang pantas dan suci, menghadap
kiblat dan berpakaian sopan, bersiwak (gosok gigi), membaca Ta’awwudz, membaca
Al-Qur’an dengan tartil(perlahan-lahan/ tidak terburu-buru), merenungkan makna
Al-Qur’an, khusyu’ dan khudhu’ (merendahkan hati), memperindah suara, menyaringkan
suara, tidak dipotong dalam pembicaraan lain, tidak melupakan ayat-ayat yang
sudah dihafal. Jenis Lagu Bacaan Al-Qur’an yaitu Bayyati, shoba, hijaz,
nahawan, rost, jiharkah, sikah. Dan hukum melagukan Al-Qur’an yaitu sunnah.
B.
Saran
Untuk lebih mengedepankan adab atau etika dalam membaca Al-Qur’an,
karena Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan sebagai pedoman hidup
manusia didunia dan akhirat sekaligus untuk mendapatkan rahmat dari Allah.
DAFTAR
PUSTAKA
Chalik,
Abdul, Chaerudji. Ulumul Qur’an. Diadit Media. Jakarta Pusat. 2007.
Syadali
Ahmad, Rofi’I Ahmad. Ulumul Qur’an 1. Pustaka Setia. Bandung. 2000
Muhammad, Tasnim. 2018. Panduan Program Pendampingan
Pengembangan Kepribadian Muslim Integral. Surakarta. FATABA PRESS, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda