Minggu, 10 Februari 2019

Makalah Al-Qur'an

MAKALAH AL-QUR’AN


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah: Al-Qur’an
Dosen Pembimbing: Badarudin Muhammad Khadam, M.Pd.
Disusun oleh:
Zahrotul Fathurrahmah          183111132
Isnaini Sholikhah                   183111142
Winda Yuliani                        113111147
Sholekhah Musrifhah             183111154


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IAIN SURAKARTA
2018



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan keada Nabi Muhammad lewat perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang meruakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal, baik aqidah, ibadah, etika, muamalah, dan sebagainya. Selain sebagai sumber ilmu, Al-Qur’an juga mempunyaiilmu dalam membacanya. Dalam surat al-Isra’ Allah SWT. telah berfirman, yang artinya : “ sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahal yang besar (Q.S Al-Isra ayat 9).
Begitu besar keagungan Al-Qur’an sampai-sampai dalam membacanya harus disertai ilmu yang disebut ilmu qiro’at, karena dikhawatirkan apabila dalam membaca Al-Qur’an tidak disertai ilmunya akan berakibat berubahnya arti, maksud serta tujuan dalam setiap firman yang tertulis dalam Al-Qur’an. Selain ilmu qiro’at, Al-Qur’an juga suatu rangkaian kalimat yang serasi satu dengan yang lainnya. Keserasian kalimat antar kalimat, ayat antar ayat sampai kepada surat antar surat membuat al-Qur’an dijuluki suatu rangkaian syair yang begitu indah mustahil untuk diserupai. Dalam rangkaian ulumul Qur’an, keserasian dalam Al-Qur’an disebut munasabah Al-Qur’an.
B.    Rumusan Masalah
1.     Apa adab-adab membaca Al-Qur’an?
2.     Mengapa dalam membaca Al-Qur’an harus mempelajari ilmu tajwid?
3.     Bagaimana hukum membaca Al-Qur’an?
C.    Tujuan Penulisan
1.     Untuk mengetahui apa saja adab-adab membaca Al-Qur’an
2.     Untuk mengetahui mengapa harus mempelajari ilmu tajwid
3.     Untuk mengetahui bagaimana hukum membaca Al-Qur’an



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pahala Membaca Al-Qur’an
1.     Menjadi manusia yang terbaik
Orang yang membaca Al-Qur’an adalah manusia yang terbaik dan manusia yang paling utama. Sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan dari Utsman, bahwa Rasulullah bersabda : “sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.”(HR. Al-Bukhari)
2.     Mendapat kenikmatan tersendiri
Membaca Al-Qur’an adalah kenikmatan yang luar biasa, seseorang yang sudah merasakan kenikmatan membacanya tidak akan bosan sepanjang malam dan siang. Sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah beliau bersabda : “tidak ada iri yang diperbolehkan kecuali pada dua perkara. Pertama, seseorang yang diajarkan Al-Qur’an oleh Allah SWT. ia membacanya sepanjang malam dan siang. Seorang tetangga mendengar bacaannya itu maka berkata: “seandainya aku diberi seperti apa yang diberikan kepada si Fulan, maka aku mengamalkannya sebagaimana yang diamalkan olehnya”. Kedua, sesorang yang dilimpahkan harta kekayaan ia belanjakan ke jalan yang hak, kemudia seorang laki-laki berkata : “seandainya aku diberi seperti apa yang diberikan kepada si Fulan maka aku beramal seperti yang ia amalkan”. (HR. Al-Bukhari)
3.     Derajat yang tinggi
Seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya akan mendapat derajat yang tinggi, baik disisi Allah maupun disisi manusia. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan dari Abu Musa Asy-Asy’ari : “perumpamaan mukmin yang membaca Al-Qur’an bagaikan buah utrujah (seperti jeruk dan apel), aromanya harum dan rasanya enak. Perumpamaan mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan buah kurma, tidak ada aromanya tetapi rasanya manis. Perumpamaan munafik yang membaca Al-Qur’an bagaikan raihanah (seperti buang mawar dan yasmin), baunya harum tetapi rasanya pahit. Sedangkan perumpamaan munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan daun hanzalah, tidak ada aromanya dan rasanya pahit. (HR. Al-Bukhori)


4.     Bersama para malaikat
Orang membaca Al-Qur’an dengan fasih dan mengamalkannya, akan bersama dengan para malaikat yang mulia derajatnya. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayat dari Aisyah:
Orang yang mahir membaca Al-Qur’an kedudukannya bersama para maikat yang suci dan taat, sedang orang yang susah bacaannya dan berat lisannya mendapat dua pahala.(HR. MUSLIM)
5.     Syafa’at Al-Qur’an
Al-Qur’an akan memberi syafa’at  bagi orang yang membacanya dengan benar dan baik, serta memperhatikan adab-adabnya. Diantaranya merenungkan makna-maknanya dan mengamalkannya. Maksud memberi syafa’at adalah memohonkan pengampunan bagi pembacanya dari segala dosa yang ia lakukan. Maka orang yang ahli membaca Al-Qur’an jiwanya besih, dekat dengan Tuhan. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Umamah dari Rasulullah SAW bersabda:
Bacalah Al-Qur’an maka ssungguhnya ia akan datang besok hari kiamat memberi syafa’at bagi membacanya.(HR. MUSLIM)
6.     Kebaikan membaca Al-Qur’an
Seseorang yang membaca Al-Qur’an mendapat pahala yang berlipat ganda, satu huruf diberi pahala sepuluh kebaikan. Tidak ada system perrekonomian didunia ini yang semurah Tuhan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW bersada:
Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah(Al-Qur’an) mendapat satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak berkata Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.(HR At-Tirmizi)
7.     Keberkahan Al-Qur’an
Orang yang membaca Al-Qur’an baik dari hafalan maupun dengan melihat mushaf akan membawa kebaikan dan keberkahan dalam hidupnya bagaikan sebuah rumah yang dihuni pemiliknya dan tersedia segala perabotan dan peralatan yang diperlukan. Sebaliknya orang yang tidak terdapat Al-Qur’an hatinya bagaikan rumah yang kosong tidak berpenhuni dan tanpa perabotan. Demikianlah hati orang yang tidak membaca Al-Qur’an, akan terjadi kekosongan jiwa tidak ada zikir kepada Allah dan kotor dan berdebu hatinya, akan membuat orang sesat dari jalan yang lurus. Seperti hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seseorang yang tidak ada dalam perutnya sesuatu diri Al-Qur’an bagaikan rumah kosong(dari penghuni).”(HR At-Tirmidzi)
B.    Adab Membaca Al-Qur’an
1.     Berguru secara musyafahah( secara langsung)
2.     Niat membaca dengan ikhlas
3.     Dalam keadaan bersuci
4.     Memilih tempat yang pantas dan suci
5.     Menghadap kiblat dan berpakaian sopan
6.     Bersiwak (gosok gigi)
7.     Membaca Ta’awwudz
8.     Membaca Al-Qur’an dengan tartil(perlahan-lahan/ tidak terburu-buru)
9.     Merenungkan makna Al-Qur’an
10.  Khusyu’ dan khudhu’ (merendahkan hati)
11.  Memperindah suara
12.  Menyaringkan suara
13.  Tidak dipotong dalam pembicaraan lain
14.  Tidak melupakan ayat-ayat yang sudah dihafal
C.    Qira’ah Sab’ah
Qiro’at merupakan cabang ilmu tersendiri dalam Ulumul Qur’an. Ilmu Qir’at tidak mempelajari halal haram atau hukum-hukum tertentu. Menurut bahasa berarti bacaan. Adapun menurut istilah ilmu qiro’at adalah ilmu yang membahas tentang tata cara pengucapan kat-kata al-Qur’an berikut cara penyampaiannya, baik yang disepakati ulama ahli Al-Qur’an maupun yang terjadi dengan menishabkan setiap wajab bacaannya kepada seorang imam qiro’at.
Qiro’ah sab’ah atau qiro’ah tujuh adalah macam cara membaca Al-Qur’an yang berbeda. Disebut qiro’ah sab’ah karena ada tujuh imam qiro’ah yang terkenal masyhur yang masing-masing memiliki langgam bacaan tersendiri. Tujuh imam tersebut adalah ibnu Amir, Ibnu Katsir, ‘Asyim al-kufy, Abu Amr, Hamzah al-Kufy, Imam Nafi, Al-Kisay. Tiap imam qiro’at memiliki dua orang murid yang bertindak sebagai perowi. Tiap perowi tersebut juga memiliki perbedaan dalam cara membaca Qur’an, sehingga ada 14 cara membaca Al-Qur’an yang masyhur. Perbedaan cara membaca itu sama sekali bukan dibua-buat, baik dibuat oleh imam qiro’at maupun oleh perowinya. Cara membaca tersebut merupakan ajaran Rasulullah dan memang seperti itulah Al-Qur’an diturunkan.
D.    Ilmu Makhraj Dan Tajwid
·     Ilmu Makhraj
Makharijul adalah jama’ dari kata makhraj yang berarti tempat keluar. Sedangkan huruf adalah jam’ dari kata harf yang berarti huruf. . Dengan demikian, arti makharijul huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf.
Berdasarkan pada proses pembentukan dan tempatnya, menurut jumhur ulama, makharijul huruf bisa dikelompokkan menjad 5 yaitu :
1.   Al-Jauf
Al-Jauf artinya rongga mulut dan tenggorokan. Seluruh lubang tenggorokan sampai ruangan mulut ke semuanya masuk wilayah al-Jauf. Huruf yang keluar dari tempat ini adalah huruf mad yang jumlahnya ada 3, yakni alif mati yang jatuh setelah fathah, ya’ mati setelah kasroh, dan wawu mati setelah dhomah.
نُوحِيْهَا
2.   Al-Halqu
Al-Halqu artinya tenggorokan. Batas wilayahnya adalah mulai dari pangkal tenggorokan sampai ujung tenggorokan. Huruf yang keluar dari tempat ini ada 6, yaitu :ء, ه, ع, ح, غ, خ
3.   Al-Lisan
Al-Lisan artinya lidah. Huruf yang keluar al-Lisan ada 18 huruf, yaitu :  ق- ك-ج- ش- ي- ض- ل- ن- ر- ط - د- ت- ص- س- ز- ظ- ذ- ث
4.   Al-Syafatain
Al-Syafatain artinya adalah dua bibir. Hurufyang keluar dari al-Syafatain ada 4, yaitu : ف- ب- م- و
5.   Al-Khoisyum
Al-Khoisyum artinya pangkal hidung. Huruf yang keluar dari al-Khoisyum adalah huruf-huruf ghunnah, yaitu mim dan nun syiddah, mim mati bertemu mim dan ba’, serta nun mati atau tanwin ketika dibaca ikhfa’, iqlab, dan idghom bi ghunnah. Makhroj ini merupakan pindahan dari makhroj aslinya huruf mim dan nun.
·     Ilmu Tajwid
Tajwid sendiri jika dilihat dari bahasa berasal dari kata ” Jawwada ” (جوّد-يجوّد-تجويدا) yang mempunyai arti melakukan sesuatu dengan indah, bagus, dan membaguskan. Sedangkan di dalam Ilmu Qiraah, tajwid mempunyai arti mengeluarkan huruf dari tempatnya yang sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki huruf tersebut. Sedangkan jika dilihat dari segi istilah, Tajwid ini adalah ilmu untuk membaguskan pembacaan pada kitab suci Al-Qur’an disertai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid yang berlaku pada setiap huruf.
1.     Hukum Bacaan Nun Mati/ Tanwin
Nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) jika bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah, hukum bacaannya ada 5 macam, yaitu:
·     Izhar  (إظهار)
Izhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) bertemu dengan salah satu huruf halqi (ا ح خ ع غ ه ), maka dibacanya jelas/terang.
·       Idgham (إدغام)
Idgham Bighunnah (dilebur dengan disertai dengung) Yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) kedalam huruf sesudahnya dengan disertai (ber)dengung, jika bertemu dengan salah satu huruf yang empat, yaitu: ن م و ي . Idgham Bilaghunnah (dilebur tanpa dengung) yaitu memasukkan/meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) kedalam huruf sesudahnya tanpa disertai dengung, jika bertemu dengan huruf lam atau ra (ر، ل)
·       Iqlab (إقلاب)
Iqlab artinya menukar atau mengganti. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) bertemu dengan huruf ba (ب), maka cara membacanya dengan menyuarakan /merubah bunyi نْ menjadi suara mim (مْ), dengan merapatkan dua bibir serta mendengung.
·       Ikhfa (إخفاء)
Ikhfa artinya menyamarkan atau tidak jelas. Apabila ada nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ /نْ) bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang 15 (ت ث ج د ذ س ش ص ض ط ظ ف ق ك ), maka dibacanya samar-samar, antara jelas dan tidak (antara izhar dan idgham) dengan mendengung.
2.     Hukum Bacaan Mim Mati
Mim mati (مْ) bila bertemu dengan huruf hijaiyyah, hukumnya ada tiga, yaitu:ikhfa syafawi, idgham mim, dan izhar syafawi.
·     Ikhfa Syafawi  (إخفاء سفوى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan.
·     Idgham Mimi (إدغام ميمى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu dengan mim (مْ), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung.Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.
·     Izhar Syafawi  (إظهار سفوى)
Apabila mim mati  (مْ)  bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.
3.     Qalqalah
Menurut bahasa qalqalah artinya gerak, sedangkan menurut istilah qalqalah adalah bunyi huruf yang memantul bila ia mati atau dimatikan, atau suara membalik dengan bunyi rangkap. Adapun huruf qalqalah terdiri atas lima huruf, yaitu : ق , ط , ب , ج , د agar mudah dihafal dirangkai menjadi قُطْبُ جَدٍ
Macam-macam qalqalah :
a.      Qalqalah kubra (besar) 
yaitu Huruf Qalqalah yang berbaris hidup, dimatikan karena waqaf. inilah Qalqalah yang paling utama, cara membacanya dikeraskan qalqalahnya.
Contoh : مَا خَلَقَ . أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ . زَوْجٍ بَهِيْجٍ .
b.     Qalqalah Sugra (kecil) 
yaitu Huruf Qalqalah yang berbaris mati, tetapi tidak waqaf padanya,caranya membacanya kurang dikeraskan Qalqalahnya.
Contoh :   يَقْطَعُوْنَ     إِلاَّ إِبْلِيْسَ    وَمَا أَدْرَاكَ
4.     Hukum membaca Ra
hukum bacaan Ra terbagi menjadi tiga,yaitu:
a.    Ra dibaca Tafkhim artinya tebal, apabila keadaannya sbb:
·     Ra berharkat fathah اَلرَّسُوْلَ
·     Ra berharkat dhummah رُحَمَاءِ
·      Ra diwakafkan sebelumnya huruf yang berharkat fathah atau Dhummah يَنْصُرُ- َاْلاَبْتَرُ
·     Ra sukun sebelumnya huruf yang berbaris fathah atau dhummah تُرْجَعُوْنَ- يَرْحَمٌ
·     Ra sukun karena wakaf sebelumnya terdapat alif atau wau yang mati اَلْغَفُوْرُ-اَلْجَبَّارُ
·     Bila ra terletak sesudah Hamzah Washal اُرْكُضْ- اِرْحَمْنَا
b.   Ra dibaca tarqiq (tipis) apabila keadaannya sebagai berikut:
·       Ra berharkat kasrah  رِحْلَةَ الشّتَاءِ _ تَجْرِيْ
·       Ra sukun sebelumnya huruf berharkat kasrah dan sesudahnya bukanlah huruf Ist’la’ فِرْعَوْنَ – مِرْيَةٌ
·       Ra sukun sebelumnya huruf yan berharkat kasrah dan sesudahnya huruf Ist’la’ dalam kata yang terpisah.  فَصْبِرْصَبْرًا
·       Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf berharkat kasrah atau ya sukun.
جَمِيْعٌ مُنْتَصِرٌ – يَوْمَئِذِ لَخَبِيْرٌ
·       Ra sukun karena wakaf sebelumnya bukan huruf huruf Isti’la’dan sebelumnya didahului oleh huruf yang berbaris kasrah. ذِيْ الذِّكْر
c.    Ra boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:
·       Ra sukun sebelumnya berharkat kasrah dan sesudahnya huruf Isti’la’ berharkat kasrah atau Kasratain. مِنْ عِرْضِهِ – بِحِرْص
·       Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf Isti’la’ yang berbaris mati, yang diawali dengan huruf yang berharkat kasrah. الْقِطْرِ – مِصْرِ
5.     Hukum Bacaan Mad
Arti dari mad adalah memanjangkan suara suatu bacaan. Huruf mad ada tiga yaitu : ا  و ي
Jenis mad terbagi 2 macam, yaitu :
a.      Mad Ashli / mad thobi’i
Mad Ashli / mad thobi’I terjadi apabila :
- huruf berbaris fathah bertemu dengan alif
- huruf berbaris kasroh bertemu dengan ya mati
- huruf berbaris dhommah bertemu dengan wawu mati
Panjangnya adalah 1 alif atau dua harokat.
contoh : أراد الله

b.     Mad Far’i
1.     Mad wajib muttashil
Adalah huruf mad bertemu hamzah dalam satu lafadz. Panjangnya adalah 2 atau 2,5 alif ketika washol dan 2 sampai 3 alif ketika waqof.
2.     Mad jaiz munfasil
Adalah huruf mad bertemu hamzah tidak dalam satu lafadz. Panjangnya 2 atau 2,5 alif ketika washol dan 1 alif ketika waqof.
3.     Mad shilah thowilah
Adalah ha’ dlomir berharokat kasroh atau dhomah (hu-hi) bertemu hamzah tidak dalam satu lafadz. Panjangnya 2 atau 2,5 alif ketika washol dan menjadi ha’ sukun ketika waqof.
4.     Mad Shilah Qoshiroh
Adalah ha’ dlomir berharokat kasroh atau dhomah yag huruf sebelum dan sesudahnya tidak berharokat sukun, serta tidak bertemu dengan hamzah. Panjangnya 1 alif.
5.     Mad Farqi
Adalah hamzah yang dibaca panjang bengganti hamzah yang dihilangkan bertemu dengan huruf tasydid. Dalam Al-Qur’an hanya terdapat 3 tempat yaitu Surat Al-An’am ayat 144, surat Yunus ayat 59, dan surat An-Naml ayat 59.
6.     Mad lazim kalimi mukhoffaf
Adalah huruf mad bertemu huruf sukun asli dalam satu lafadz.
7.     Mad lazim kalimi mutsaqqol
Adalah huruf mad bertemu huruf tasydid dalam satu lafadz.
8.     Mad lazim harfi mukhoffaf
Adalah huruf mad bertemu huruf sukun dalam rangkaian huruf fawatihus suwar (ن – ق – ص – ع – س – ل – ك – م  ).
9.     Mad Lazim Harfi Mukhoffaf
Adalah huruf mad bertemu huruf tasydid karena idghom dalam rangkaian huruf fawatihus suwar.
10.  Mad ‘Aridl Lissukun
Adalah huuf mad bertemu huruf yang di sukunkan karena waqof. Panjangnya adalah bisa 1,2, atau 3 alif.

11.  Mad Liin
Adalah huruf Liin bertemu huruf yang disukunkan karena waqof. Huruf Liin adalah alif, ya’, dan wawu sukun yang sebelumnya berharokat fathah. Panjangnya adalah bisa 1,2, atau 3 alif.
12.  Mad ‘Iwadl
Adalah harokat fathatain ketika waqof dan selain yang terdapat pada ta’ marbutoh. Panjangnya satu alif.
13.  Mad Tamkin
Adalah ya’ kasroh bertasydid yang bertemu dengan ya’ sukun. Panjangnya adalah satu alif.
14.  Mad Badal
Adalah setiap hamzah yang dibaca satu alif sebagai pengganti hamzah yang dihilangkan.
E.     Jenis Lagu Bacaan Al-Qur’an
Untuk melagukannya para ahli Quro’ di Indonesia membagi lagu menjadi 7 bagian :
1.     Bayyati
Fungsi bacaan syair-syair ini sangat erat kaitannya dengan susunan lagu tilawatil Qur’an, disamping itu berguna untuk lebih mempermudah dalam penguasaan lagu-lagu tersebut, dan juga untuk selingan dalam pengajaran tilawatil Qur’an agar terkesan lebih bervariasi dan supaya tidak cepat jemu.
2.     Shoba
Lagu shoba terdiri dari 5 bentuk dengan tga variasi yaitu ajami, mahur, dan bastanjar, sedangkan untuk tingkatan suaranya ada 2 yaitu jawab dan jawabul jawab
3.     Hijaz
Lagu hijazi atau hija terdiri dari tujuh bentuk, ada 4 variasi yaitu kard, kard-kurd, naqrisy dan kurd, sedangkan bentuk tingkatan suara ada tiga yaitu jawab, jawabul jawab dan qhoror.
4.     Nahawan
Lagu nahawan terdiri dari lima bentuk dan dua variasi yaitu nuqrosi dan murokab.adapun tingkat suaranya ada dua yaitu jawab dan jawabul-jawab.



5.     Rost
Lagu rost ini hanya sebagai pembuka saja. Adapun lagu rost terdiri dari tujuh bentuk dan tiga variasi yaitu usyaq, dzanjirot, dan syabir allarost. Sedangkan tingkat suaranyaada dua yaitu jawab dan jawabul-jawab.
6.     Jiharkah
Lagu jiharkah terdiri dari empat bentuk dan satu variasi yaitu qurdi. Sedangakan tingkatan suara ada dua yaitu jawab dan jawabul-jawab.
7.     Sikah
Lagu sikah terdiri dari enam bentuk dan empat variasi yaitu misri, turki, roml, dan quroq. Sedangkan tingkat suaranya ada tiga yaitu qoror, jawab, dan jawabul-jawab.
F.     Hukum Melagukan Bacaan Al-Qur’an
Dalam sebuah firman Allah dinyatakan, “bacalah Al-Qur’an itu dengan setartil-tartilnya.” (Q.S Al-Muzammil ayat 4)
Sayyidina Ali menyatakan “ tartil adalah membaguskan huruf-huruf dan mengerti mengenai berhentinya baca”.
Rasulullah saw. bersabda, “hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu, karena suara yang merdu menambah keindahan Al-Qur’an”. (HR. Ad-Darimy)
Dalam hadits ini dapat disimpulkan bahwa dalam membaca Al-Qur’an, komponen suara juga penting. Dalam hadits lain Rasulullah saw. menyatakan “ bukanlah termasuk golonganku, barangsiapa yang tidak melagukan Al-Qur’an”. (HR. Bukhori, Ahmad, dan Abu Dawud)
Imam al-karmarny mengatakan bahwa membaguskan suara dalam membaca Al-Qur’an itu sunnah hukumnya, sepanjang tidak menyalahi kaidah-kaidah ilmu tajwid.












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pahala Membaca Al-Qur’an yaitu Menjadi manusia yang terbaik, mendapat kenikmatan tersendiri, derajat yang tinggi, bersama para malaikat, syafa’at Al-Qur’an, kebaikan membaca Al-Qur’an, keberkahan Al-Qur’an. Adab Membaca Al-Qur’an : berguru secara musyafahah( secara langsung), niat membaca dengan ikhlas, dalam keadaan bersuci, memilih tempat yang pantas dan suci, menghadap kiblat dan berpakaian sopan, bersiwak (gosok gigi), membaca Ta’awwudz, membaca Al-Qur’an dengan tartil(perlahan-lahan/ tidak terburu-buru), merenungkan makna Al-Qur’an, khusyu’ dan khudhu’ (merendahkan hati), memperindah suara, menyaringkan suara, tidak dipotong dalam pembicaraan lain, tidak melupakan ayat-ayat yang sudah dihafal. Jenis Lagu Bacaan Al-Qur’an yaitu Bayyati, shoba, hijaz, nahawan, rost, jiharkah, sikah. Dan hukum melagukan Al-Qur’an yaitu sunnah.
B.    Saran
Untuk lebih mengedepankan adab atau etika dalam membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan sebagai pedoman hidup manusia didunia dan akhirat sekaligus untuk mendapatkan rahmat dari Allah.















DAFTAR PUSTAKA
Chalik, Abdul, Chaerudji. Ulumul Qur’an. Diadit Media. Jakarta Pusat. 2007.
Syadali Ahmad, Rofi’I Ahmad. Ulumul Qur’an 1. Pustaka Setia. Bandung. 2000
Muhammad, Tasnim. 2018. Panduan Program Pendampingan Pengembangan Kepribadian Muslim Integral. Surakarta. FATABA PRESS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta.








0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda