Hadits ditinjau dari segi kualitas-Makalah Hadits
MAKALAH
HADITS DITINJAU DARI SEGI KUALITAS
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah: Al-Hadis
Dosen Pembimbing: Mukhlis Al Anshori
Disusun oleh:
Muhammad Aldi
A N 183111145
Dea Falestri 183111156
Qurratul A’yun 113111067
Zahrotul Fathurrahmah 183111132
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IAIN SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Meneliti kebenaran suatu berita,
merupakan bagian dari upaya membenarkan yang benar dan membatalkan yang batal.
Kaum muslimin sangat besar perhatiannya dalam hal ini, baik untuk menetapkan
suatu pengetahuan atau pengambilan suatu dalil. Pembahasan tentang pembagian
hadis secara umum tentu saja akan sangat kompleks dan dibutuhkan perhatian
tersendiri. Karena pembagian hadis tidak bisa terlepas dari sudut pandang mana
hadis tersebut dilihat. Kalau suatu hadis ditinjau dari jumlah periwayat
(kuantitas), akan dihasilkan hadis mutawatir, hadis masyhur, hadi ahad.
Sedangkan jika ditinjau dari segi kualitas (diterima atau ditolaknya sebuah
hadis), maka akan dihasilkan; hadis sahih, hadis hasan dan hadis dha’if.
Adapun fokus kajian ini akan
diarahkan lebih pada hal-hal yang berkaitan pembagian hadis dari segi
kualitasnya (diterima atau ditolaknya sebuah hadis)
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian hadits shahih, hadits hasan,
dan hadits dha’if ?
2.
Bagaimana
hukum hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dha’if?
3.
Apa
saja syarat hadits tersebut shahih, hasan, dan dha’if?
4.
Bagaimana
klasifikasi pada hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dha’if?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hadis Shahih
1.
Pengertian
Hadis Shahih
Hadis shahih adalah hadis yang bersambung sanadnya yang
diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabith dari rawi yang lain (juga) adil
dan dhabith sampai akhir sanad, dan hadis itu tidak janggal serta tidak
mengandung cacat (illat).
2.
Hukum
Hadis Shahih
Ulama ahli hadis dan para ulama yang pendapatnya dapat dipegangi
dari kalangan fuqaha dan ahli ushul sepakat bahwa hadis shahih itu dapat
dipakai hujjah dan wajib diamalkan, baik rawinya seorang diri atau ada rawi
lain yang meriwayatkan bersamanya atau masyhur dengan diriwayatkan oleh tiga
orang atau lebih namun tidak mencapai tingkat mutawatir.
3.
Syarat
Hadis Shahih
a.
Rawinya bersifat adil
Sempurna ingatannya (dhabit)
b.
Sanadnya tidak terputus
c.
Tidak mempunyai ‘illat
d.
Tidak janggal
4. Klasifikasi Hadis Shahih
a.
Hadis Shahih Li-dzatih
Merupakan hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis shahih yang
telah ditentukan
b.
Hadis
Shahih Li-ghairih
Merupakan hadis yang keadaan perawinya kurang hafidz dan dhabith
tetapi mereka masih terkenal orang yang jujur hingga karenanya berderajat
hasan, lalu didapati padanya jalan lain yang serupa atau lebih kuat, hal-hal
yang dapat menutupi kekurangan yang menimpanya itu.
5. Sumber Hadis Shahih
a.
Al-
Muwaththa’
Kitab
ini disusun oleh Imam Malik bin Anas.
b.
Al-Jami’
al-Shahih al-Bukhari
Kitab
ini disusun oleh Imam Abu AbdillahMuhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
al-Mughirah al-Bukhari al-Ju’fi
c.
Shahih
Muslim
Kitab
ini disusun oleh Imam Muslim bin al-Hajjaj al-Naisaburi
d.
Shahih
Ibnu Khuzaimah
Kitab
ini disusun oleh Seorang imam dan muhaddits besar Abu Abdillah Abu Bakar
Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah.
e.
Al-Mukhtarah
Kitab
ini disusun oleh al-Hafizh Dhiya’uddin Muhammmad bin Abdul Wahid al-Maqdisi.
B.
Hadis Hasan
1.
Pengertian
Hadis Hasan
هُوَ مَا اِتَّصَلَ سَنَدُهُ
بِنَقْلِ الْعَدْلِ الَّذِيْ قَلَّ ضَبْطُهُ وَخَلاَ مِنَ الشُّذُوْذِ
وَالْعِلَّةِ
“Hadits hasan
adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil, kurang
sedikit kedhabithannya, tidak ada keganjilan (syadz), dan tidak ada ‘illat.”
2.
Hukum
Hadis Hasan
Menurut seluruh fuqaha hadist hasan dapat diterima sebagai hujjah
dan diamalkan. Demikian pula pendapat kebanyakan muhadditsin dan ahli ushul.
Alasan mereka adalah karena telah diketahui kejujuran rawihnya dan keselamatan
perpidahannya dalam sanad. Rendahnya tingkat ke-dahbith-an tidak mengeluarkan
rawi yang bersangkutan dari jajaran rawi yang mampu menyampaikan hadist sebagaimana
keadaan hadist itu ketika didengar. Karena maksud pemisahan tersebut adalah untuk
menjelaskan bahwa hadist hasan berada pada tingkat terendah dari hadist sahih,
tanpa mencela ke-dhabith-annya. Hadist yang kondisinya demikian cenderung dapat
diterima oleh setiap orang dan kemungkinan kebenaranya sangat besar, sehingga
ia dapat diterima.
3.
Syarat
Hadis Hasan
a.
Sanadnya
bersambung
b.
Perawinya
‘adil
c.
Perawi
dhabit, tetapi kualitas ke-dhabit-annya di bawah ke-dhabit-an perawi hadits
shahih
d.
Tidak
terdapat syadz atau kejanggalan
e.
Tidak
ber’illat
4.
Klasifikasi
Hadis Hasan
a.
Hasan Lizzatihi.
Maksudnya
hadits itu telah memenuhi syarat-syarat hadits hasan.
b.
Hasan Lighairihi,
Maksudnya hadits itu sanadnya ada yang dirahasiakan (Mastur),
tidak jelas keahliannya, namuan mereka bukan pelupa, tidak banyak salah dan
tidak dituduh dusta dalam periwayatannya. Pada mulanya hadits hasan lighasirih itu
adalah hadits dha’if, namun karena ada dukungan sanad lain yang memperkuat,
maka naik tingkatannya menjadi hadits Hasan.`
5. Sumber Hadits Hasan
a. Al-Jami’
Karya Abu ‘Isa
Muhammad bin ‘Isa bin Saurah al-Turmudzi
b. As-Sunan
Karya
Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sijistani
c. Al-Mujtaba
Karya
Imam Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aibal-Nasa’i
d. Sunan al-Mushthafa
Karya
Ibnu Majah Muhammad bin Yazid al-Qazwini
e. Al-Musnad
Karya
Ahmad bin Hanbal
f. Al-Musnad
Karya
Abu Ya’la al-Maushili Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna
C.
Hadis Dha’if
1.
Pengertian Hadis
Dha’if
Pengertian
hadits dha’if menurut Muhammad ‘Ajaj al-Khatib adalah:
هو كل حد يث لم تجمع فيه صفات القبول، وقال ٱكثرالعلماء هو مالم يجمع
صفة الصحيح والحسن.
“Hadits dha’if adalah hadits yang tidak memnuhi syarat-syarat untuk
bisa diterima.Kebanyakan ulama menyatakan bahwa hadits dha’if adalah hadits
yang tidak memenuhi syarat-syarat shahih atau pun syarat hasan.”
Nur
al-Din ‘Itir mendefenisikan hadits dha’if itu sebagai berikut:
ما فقد شرطا من شروط الحديث المقبول
Hadits dha’if adalah hadits yang kehilangan salah satu syarat
sebagai hadits maqbul (yang dapat diterima).
2.
Hukum
Hadis Dha’if
Pendapat pertama hadis dho’if dapat di
amalkan secara mutlak,yakni baik yang berkenaan dengan masalah halal-haram
maupun yang berkenaan dengan masalah kewajiban,dengan syarat tidak ada hadis
lain yang menerangkannya.Pendapat ini di sampaikan oleh beerapa imam yang
agung,seperti Imam Ahmad bin Hambal, Abu Dawud,dsb.
Pendapat kedua,dipandang baik
mengamalkan hadis dho’if dalam fadha’il al-a’mal,baik yang berkaitan dengan hal
hal yang di ajurkan maupun hal hal yang dilarang.Demikian madzhab kebanyakan
ulama dari kalangan muhadditsin, fuqaha dan lainnya. Iman al-Nawawi, Syekh Ali al-Qari,
dan Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan bahwa itu telah disepakati oleh para
ulama.
Pendapat ketiga,
hadis dha’if sama sekali tidak dapat diamalkan, baik yang berkaitan dengan
fadha’il al-a’mal maupun yang berkaitan dengan halal-haram. Pendapat ini
dinisbahkan kepada Qadhi Abu Bakar ibn al-A’rabi.
3.
Syarat
- Syarat Hadis Dha’if
a. Rawinya adil
b. Rawinya dhabith meskipun tidak sempurna
c. Sanadnya bersambung
d. Tidak terdapat kerancauan
e. Tidak terdapat ‘illat
4. Sumber
Hadits Dha’if
a.
Kitab Nasbu ar-Rayati li ahaditsil
hidayah" yang dikarang oleh al-Hafidz az-Zaila’i,
b.
kitab "Al-Mughni
an hamlil asfar fi al-Asfar fi Takhriji ma fil ihyai minal akhbar" yang
dikarang oleh al-Hafidh al-Iraqi,
c.
kitab "At-Talhis
al-Habir fi Tahrij ahadits ar-Rafi'i al-Kabir" yang dikarang
al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani
d.
kitab Tahriju
Ahadits al-Kassyaf" yang juga dikarang al-Hafidh Ibnu Hajar
Asqalani
e.
kitab "Tahriju
ahadits as-Syifaa" yang dikarang oleh Syekh as-Suyuthi
5.
Klasifikasi Hadits Dhaif
a.
Hadits Dhoif berdasarkan kecacatan perawinya
Ø Hadits Maudhu':
adalah
hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu mereka katakan
berasal dari sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, baik hal itu disengaja
maupun tidak.
Ø Hadits Matruk
adalah
hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang dituduh
dusta dalam perhaditsan.
Ø Hadits Munkar
adalah hadits yang
menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak
kesalahannya, banyak kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena
dusta.
Ø Hadits Mu'allal (Ma'lul, Mu'all)
adalah hadits yang tampaknya baik, namun
setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya.
Ø Hadits Mudraj (saduran)
adalah hadits yang
disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu
termasuk hadits.
Ø Hadits Maqlub
adalah hadits yang
terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain), disebabkan mendahului atau
mengakhirkan.
Ø Hadits Mudltharrib
adalah hadits yang
menyalahi dengan hadits lain terjadi dengan pergantian pada satu segi yang
saling dapat bertahan, dengan tidak ada yang dapat ditarjihkan
(dikumpulkan).
Ø Hadits Muharraf
adalah
hadits yang menyalahi hadits lain terjadi disebabkan karena perubahan Syakal
kata, dengan masih tetapnya bentuk tulisannya.
Ø Hadits Mushahhaf
adalah hadits yang mukhalafahnya
karena perubahan titik kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah.
Ø Hadits Mubham
adalah hadits yang
didalam matan atau sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah
ia laki-laki atau perempuan.
Ø Hadits Syadz (kejanggalan)
adalah
hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat
yang lebih rajih, lantaran mempunyai kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad
atau lain sebagainya, dari segi pentarjihan.
Ø Hadits Mukhtalith
adalah
hadits yang rawinya buruk hafalannya, disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa
bahaya, terbakar atau hilang kitab-kitabnya.
b. Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan gugurnya
rawi
Ø Hadits Muallaq
adalah hadits yang
gugur (inqitha') rawinya seorang atau lebih dari awal sanad.
Ø Hadits Mursal
adalah hadits yang
gugur dari akhir sanadnya, seseorang setelah tabi'in.
Ø Hadits Mudallas
adalah hadits yang
diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan, bahwa hadits itu tiada bernoda.
Rawi yang berbuat demikian disebut Mudallis.
Ø Hadits Munqathi'
adalah
hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat, disatu tempat, atau gugur dua orang
pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut.
Ø Hadits Mu'dlal
adalah hadits yang
gugur rawi-rawinya, dua orang atau lebih berturut turut, baik sahabat bersama
tabi'in, tabi'in bersama tabi'it tabi'in, maupun dua orang sebelum sahabat dan
tabi'in.
c. Hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya
Ø Hadits Mauquf
adalah
hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja, baik yang disandarkan itu perkataan
atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung atau terputus.
Ø Hadits Maqthu'
adalah
perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi'in serta di mauqufkan
padanya, baik sanadnya bersambung atau tidak.
ANALISIS
TEMA
Tema makalah ini yaitu
tentang pembagian hadits ditinjau dari segi kualitas atau diterima (maqbul) dan
ditolaknya (mardud) sebuah hadits. Secara umum hadits dari segi kualitas
terbagi menjadi hadits shahih, hadits hasan, dan hadis dha’if. Dari
masing-masing hadits itu juga memiliki persyaratan masing-masing yang mana
bagaimana hadits itu bisa dikatakan shahih, bagaimana hadits itu bisa dikatakan
hasan, dan bagaimana hadits itu bisa dikatakan dha’if.Setelah mengetahui
pembagian hadits tentu bisa lebih mengetahui bagaimana hadits itu nanti kalau
dijadikan sumber rujukan suatu permasalahan.
KESIMPULAN
Hadits dari segi kualitas dibagi menjadi
hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dha’if.
Hadis shahih adalah hadis yang bersambung sanadnya yang
diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabith dari rawi yang lain (juga) adil
dan dhabith sampai akhir sanad, dan hadis itu tidak janggal serta tidak
mengandung cacat (illat).
Hadits hasan
adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil, kurang
sedikit kedhabithannya, tidak ada keganjilan (syadz), dan tidak ada ‘illat.
hadis da’if
adalah hadis yang tidak memenuhi sebagian atau seluruh syarat hadis sahih atau
hasan misalnya, sanadnya ada yang terputus, di antara periwayat ada yang
pen-dusta atau tidak dikenal, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Nuruddin. 1994. Manhaj An-Naqd Fii’Uluum Al-Hadits. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya.
Arifin.
2013. hadits ditinjau dari segi kuantitas dan
kualitasnya. http://ariza-islamicblog.blogspot.com/, diakses pada 25 Agustus 2018 pukul 07.26
Hariswan. 2011. Klasifikasi
Hadits Dha’if.https://hariswanindra.blogspot.com/2011/09/klasifikasi-hadits-dhoif.html, diakses pada 27 Agustus 2018 pukul 08.36
Lubis, Sakban.
2014. Hadits Dha’if. http://sakban1.blogspot.com/2014/05/hadits-dhaif.html, diakses pada 29 Agustus 2018 pukul 4.01
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda