Minggu, 10 Februari 2019

Hadits ditinjau dari segi kualitas-Makalah Hadits

MAKALAH
HADITS DITINJAU DARI SEGI KUALITAS

 

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah: Al-Hadis
Dosen Pembimbing: Mukhlis Al Anshori
Disusun oleh:
Muhammad Aldi A N             183111145
Dea Falestri                             183111156
Qurratul A’yun                        113111067
Zahrotul Fathurrahmah           183111132


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IAIN SURAKARTA
2018



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Meneliti kebenaran suatu berita, merupakan bagian dari upaya membenarkan yang benar dan membatalkan yang batal. Kaum muslimin sangat besar perhatiannya dalam hal ini, baik untuk menetapkan suatu pengetahuan atau pengambilan suatu dalil. Pembahasan tentang pembagian hadis secara umum tentu saja akan sangat kompleks dan dibutuhkan perhatian tersendiri. Karena pembagian hadis tidak bisa terlepas dari sudut pandang mana hadis tersebut dilihat. Kalau suatu hadis ditinjau dari jumlah periwayat (kuantitas), akan dihasilkan hadis mutawatir, hadis masyhur, hadi ahad. Sedangkan jika ditinjau dari segi kualitas (diterima atau ditolaknya sebuah hadis), maka akan dihasilkan; hadis sahih, hadis hasan dan hadis dha’if.
Adapun fokus kajian ini akan diarahkan lebih pada hal-hal yang  berkaitan pembagian hadis dari segi kualitasnya (diterima atau ditolaknya sebuah hadis)
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dha’if ?
2.   Bagaimana hukum hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dha’if?
3.   Apa saja syarat hadits tersebut shahih, hasan, dan dha’if?
4.   Bagaimana klasifikasi pada hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dha’if?








BAB II
PEMBAHASAN

A.  Hadis Shahih
1.   Pengertian Hadis Shahih
Hadis shahih adalah hadis yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabith dari rawi yang lain (juga) adil dan dhabith sampai akhir sanad, dan hadis itu tidak janggal serta tidak mengandung cacat (illat).
2.   Hukum Hadis Shahih
Ulama ahli hadis dan para ulama yang pendapatnya dapat dipegangi dari kalangan fuqaha dan ahli ushul sepakat bahwa hadis shahih itu dapat dipakai hujjah dan wajib diamalkan, baik rawinya seorang diri atau ada rawi lain yang meriwayatkan bersamanya atau masyhur dengan diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih namun tidak mencapai tingkat mutawatir.
3.   Syarat Hadis Shahih
a.    Rawinya bersifat adil
 Sempurna ingatannya (dhabit)
b.   Sanadnya tidak terputus
c.    Tidak mempunyai ‘illat
d.   Tidak janggal
4.   Klasifikasi Hadis Shahih
a.    Hadis Shahih Li-dzatih
Merupakan hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis shahih yang telah ditentukan




b.   Hadis Shahih Li-ghairih
Merupakan hadis yang keadaan perawinya kurang hafidz dan dhabith tetapi mereka masih terkenal orang yang jujur hingga karenanya berderajat hasan, lalu didapati padanya jalan lain yang serupa atau lebih kuat, hal-hal yang dapat menutupi kekurangan yang menimpanya itu.
5.   Sumber Hadis Shahih
a.    Al- Muwaththa’
Kitab ini disusun oleh Imam Malik bin Anas.
b.   Al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari
Kitab ini disusun oleh Imam Abu AbdillahMuhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari al-Ju’fi
c.    Shahih Muslim
Kitab ini disusun oleh Imam Muslim bin al-Hajjaj al-Naisaburi
d.   Shahih Ibnu Khuzaimah
Kitab ini disusun oleh Seorang imam dan muhaddits besar Abu Abdillah Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah.
e.    Al-Mukhtarah
Kitab ini disusun oleh al-Hafizh Dhiya’uddin Muhammmad bin Abdul Wahid al-Maqdisi.

B.  Hadis Hasan
1.      Pengertian Hadis Hasan

هُوَ مَا اِتَّصَلَ سَنَدُهُ بِنَقْلِ الْعَدْلِ الَّذِيْ قَلَّ ضَبْطُهُ وَخَلاَ مِنَ الشُّذُوْذِ وَالْعِلَّةِ
“Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil, kurang sedikit kedhabithannya, tidak ada keganjilan (syadz), dan tidak ada ‘illat.”
2.      Hukum Hadis Hasan
Menurut seluruh fuqaha hadist hasan dapat diterima sebagai hujjah dan diamalkan. Demikian pula pendapat kebanyakan muhadditsin dan ahli ushul. Alasan mereka adalah karena telah diketahui kejujuran rawihnya dan keselamatan perpidahannya dalam sanad. Rendahnya tingkat ke-dahbith-an tidak mengeluarkan rawi yang bersangkutan dari jajaran rawi yang mampu menyampaikan hadist sebagaimana keadaan hadist itu ketika didengar. Karena maksud pemisahan tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa hadist hasan berada pada tingkat terendah dari hadist sahih, tanpa mencela ke-dhabith-annya. Hadist yang kondisinya demikian cenderung dapat diterima oleh setiap orang dan kemungkinan kebenaranya sangat besar, sehingga ia dapat diterima.
3.      Syarat Hadis Hasan
a.    Sanadnya bersambung
b.   Perawinya ‘adil
c.    Perawi dhabit, tetapi kualitas ke-dhabit-annya di bawah ke-dhabit-an perawi hadits shahih
d.   Tidak terdapat syadz atau kejanggalan
e.    Tidak ber’illat
4.      Klasifikasi Hadis Hasan
a.      Hasan Lizzatihi.
Maksudnya hadits itu telah memenuhi syarat-syarat hadits hasan.
b.      Hasan Lighairihi,
Maksudnya hadits itu sanadnya ada yang dirahasiakan (Mastur), tidak jelas keahliannya, namuan mereka bukan pelupa, tidak banyak salah dan tidak dituduh dusta dalam periwayatannya. Pada mulanya hadits hasan lighasirih itu adalah hadits dha’if, namun karena ada dukungan sanad lain yang memperkuat, maka naik tingkatannya menjadi hadits Hasan.`


5.      Sumber Hadits Hasan
a.    Al-Jami’
Karya Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah al-Turmudzi
b.   As-Sunan
Karya Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sijistani
c.    Al-Mujtaba
Karya Imam Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aibal-Nasa’i
d.   Sunan al-Mushthafa
Karya Ibnu Majah Muhammad bin Yazid al-Qazwini
e.    Al-Musnad
Karya Ahmad bin Hanbal
f.     Al-Musnad
Karya Abu Ya’la al-Maushili Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna

C.  Hadis Dha’if
1.   Pengertian Hadis Dha’if
Pengertian hadits dha’if  menurut Muhammad ‘Ajaj al-Khatib adalah:
هو كل حد يث لم تجمع فيه صفات القبول، وقال ٱكثرالعلماء هو مالم يجمع صفة الصحيح والحسن.
“Hadits dha’if adalah hadits yang tidak memnuhi syarat-syarat untuk bisa diterima.Kebanyakan ulama menyatakan bahwa hadits dha’if adalah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat shahih atau pun syarat hasan.”
Nur al-Din ‘Itir mendefenisikan hadits dha’if itu sebagai berikut:
ما فقد شرطا من شروط الحديث المقبول
Hadits dha’if adalah hadits yang kehilangan salah satu syarat sebagai hadits maqbul (yang dapat diterima).


2.   Hukum Hadis Dha’if
               Pendapat pertama hadis dho’if dapat di amalkan secara mutlak,yakni baik yang berkenaan dengan masalah halal-haram maupun yang berkenaan dengan masalah kewajiban,dengan syarat tidak ada hadis lain yang menerangkannya.Pendapat ini di sampaikan oleh beerapa imam yang agung,seperti Imam Ahmad bin Hambal, Abu Dawud,dsb.
          Pendapat kedua,dipandang baik mengamalkan hadis dho’if dalam fadha’il al-a’mal,baik yang berkaitan dengan hal hal yang di ajurkan maupun hal hal yang dilarang.Demikian madzhab kebanyakan ulama dari kalangan muhadditsin, fuqaha dan lainnya. Iman al-Nawawi, Syekh Ali al-Qari, dan Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan bahwa itu telah disepakati oleh para ulama.
              Pendapat ketiga, hadis dha’if sama sekali tidak dapat diamalkan, baik yang berkaitan dengan fadha’il al-a’mal maupun yang berkaitan dengan halal-haram. Pendapat ini dinisbahkan kepada Qadhi Abu Bakar ibn al-A’rabi.
3.   Syarat - Syarat Hadis Dha’if
a.    Rawinya adil
b.   Rawinya dhabith meskipun tidak sempurna
c.    Sanadnya bersambung
d.   Tidak terdapat kerancauan
e.    Tidak terdapat ‘illat
4.   Sumber Hadits Dha’if
a.    Kitab Nasbu ar-Rayati li ahaditsil hidayah" yang dikarang oleh al-Hafidz az-Zaila’i,
b.   kitab "Al-Mughni an hamlil asfar fi al-Asfar fi Takhriji ma fil ihyai minal akhbar" yang dikarang oleh al-Hafidh al-Iraqi,
c.    kitab "At-Talhis al-Habir fi Tahrij ahadits ar-Rafi'i al-Kabir" yang dikarang al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani
d.   kitab Tahriju Ahadits al-Kassyaf" yang juga dikarang al-Hafidh Ibnu Hajar Asqalani
e.    kitab "Tahriju ahadits as-Syifaa" yang dikarang oleh Syekh as-Suyuthi
5.   Klasifikasi Hadits Dhaif
a.    Hadits Dhoif berdasarkan kecacatan perawinya 
Ø  Hadits Maudhu':
adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu mereka katakan berasal dari sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, baik hal itu disengaja maupun tidak. 
Ø  Hadits Matruk
adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan.
Ø  Hadits Munkar
                           adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta.
Ø  Hadits Mu'allal (Ma'lul, Mu'all)
   adalah hadits yang tampaknya baik, namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya.
Ø  Hadits Mudraj (saduran)
                           adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits. 
Ø  Hadits Maqlub
                           adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain), disebabkan mendahului atau mengakhirkan. 
Ø  Hadits Mudltharrib
                           adalah hadits yang menyalahi dengan hadits lain terjadi dengan pergantian pada satu segi yang saling dapat bertahan, dengan tidak ada yang dapat ditarjihkan (dikumpulkan). 
Ø  Hadits Muharraf
adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi disebabkan karena perubahan Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk tulisannya. 

Ø  Hadits Mushahhaf
             adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah. 
Ø  Hadits Mubham
                           adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan.
Ø  Hadits Syadz (kejanggalan)
adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih, lantaran mempunyai kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad atau lain sebagainya, dari segi pentarjihan. 
Ø  Hadits Mukhtalith
adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya, disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang kitab-kitabnya.
b.    Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan gugurnya rawi 
Ø  Hadits Muallaq
                           adalah hadits yang gugur (inqitha') rawinya seorang atau lebih dari awal sanad. 
Ø  Hadits Mursal
                           adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seseorang setelah tabi'in. 
Ø  Hadits Mudallas
                           adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan, bahwa hadits itu tiada bernoda. Rawi yang berbuat demikian disebut Mudallis. 



Ø  Hadits Munqathi'
                        adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat, disatu tempat, atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut. 
Ø  Hadits Mu'dlal
                           adalah hadits yang gugur rawi-rawinya, dua orang atau lebih berturut turut, baik sahabat bersama tabi'in, tabi'in bersama tabi'it tabi'in, maupun dua orang sebelum sahabat dan tabi'in. 
c.    Hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya 
Ø  Hadits Mauquf
               adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja, baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung atau terputus. 
Ø  Hadits Maqthu'
               adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi'in serta di mauqufkan padanya, baik sanadnya bersambung atau tidak. 













ANALISIS TEMA

              Tema makalah ini yaitu tentang pembagian hadits ditinjau dari segi kualitas atau diterima (maqbul) dan ditolaknya (mardud) sebuah hadits. Secara umum hadits dari segi kualitas terbagi menjadi hadits shahih, hadits hasan, dan hadis dha’if. Dari masing-masing hadits itu juga memiliki persyaratan masing-masing yang mana bagaimana hadits itu bisa dikatakan shahih, bagaimana hadits itu bisa dikatakan hasan, dan bagaimana hadits itu bisa dikatakan dha’if.Setelah mengetahui pembagian hadits tentu bisa lebih mengetahui bagaimana hadits itu nanti kalau dijadikan sumber rujukan suatu permasalahan.
             

















KESIMPULAN

              Hadits dari segi kualitas dibagi menjadi hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dha’if.
              Hadis shahih adalah hadis yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabith dari rawi yang lain (juga) adil dan dhabith sampai akhir sanad, dan hadis itu tidak janggal serta tidak mengandung cacat (illat).
              Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil, kurang sedikit kedhabithannya, tidak ada keganjilan (syadz), dan tidak ada ‘illat.
              hadis da’if adalah hadis yang tidak memenuhi sebagian atau seluruh syarat hadis sahih atau hasan misalnya, sanadnya ada yang terputus, di antara periwayat ada yang pen-dusta atau tidak dikenal, dan lain-lain.
             










DAFTAR PUSTAKA

Nuruddin. 1994. Manhaj An-Naqd Fii’Uluum Al-Hadits. Bandung : PT Remaja  Rosdakarya.
Arifin. 2013. hadits ditinjau dari segi kuantitas dan kualitasnya. http://ariza-islamicblog.blogspot.com/, diakses pada 25 Agustus 2018 pukul 07.26
Hariswan. 2011. Klasifikasi Hadits Dha’if.https://hariswanindra.blogspot.com/2011/09/klasifikasi-hadits-dhoif.html, diakses pada 27 Agustus 2018 pukul 08.36
Lubis, Sakban. 2014. Hadits Dha’if. http://sakban1.blogspot.com/2014/05/hadits-dhaif.html, diakses pada 29 Agustus 2018 pukul 4.01













0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda