Minggu, 10 Februari 2019

Makalah Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia-Makalah SPI

SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pembimbing: Dr. Fauzi Muharom, M.Ag.
Disusun oleh:
Zahrotul Fathurrahmah (183111132)
Isnaini Solekhah                      (183111142)
Zulfina Aulia Wahidah            (183111160)
Albert Taqy Asy Syakur          (183111168)



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IAIN SURAKARTA
2018



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Islam merupakan komponen penting yang turut membentuk dan mewarnai corak kehidupan masyarakat Indonesia. Keberhasilan menembus dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia serta menjadikan dirinya sebagai agama utama bangsa ini merupakan prestasi luar biasa. Hal ini terutama bila dilihat dari segi letak geografis. Di mana jarak Indonesia dengan Negara asal Islam Jazirah Arab cukup jauh. Apalagi bila dilihat sejak dimulainya proses penyebaran Islam itu sendiri di kepulauan Nusantara ini.
Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam langsung berkembang pesat dan semakin banyak orang yang masuk Islam karena cara masuk Islam yang mudah dan tanpa paksaan. Dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
B.    Rumusan Masalah
1.   Bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia?
2.   Apa yang menyebabkan Islam mudah diterima disemua kalangan?
3.   Melalui jalur apa saja Islam masuk ke Indonesia?
C.    Tujuan Penulisan
1.   Untuk mengetahui bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia.
2.   Untuk mengetahui apa yang menyebabkan Islam mudah diterima disemua kalangan.
3.   Untuk mengetahui melalui apa saja Islam masuk ke Indonesia.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Masuknya Islam
1.   Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke-19. Menurutnya, orang-orang Arab bermazhab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India.
Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di depan namanya.Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat.
Alasan lainnya adalah kesamaan mazhab Syafi’i yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia. Dalam perkembangannya, teori Gujarat dibantah oleh banyak ahli. Bukti-bukti yang lebih akurat seperti berita dari Arab, Persia, Turki, dan Indonesia memperkuat keterangan bahwa Islam masuk di Indonesia bukan dibawa pedagang Gujarat. Sejarawan Azyumardi Azra menjelaskan bahwa Gujarat dan kota-kota di anak benua India hanya tempat persinggahan bagi pedagang Arab sebelum melanjutkan perjalanan ke Asia Tenggara dan Asia Timur. Selain itu, pada abad XII-XIII Masehi wilayah Gujarat masih dikuasai pengaruh Hindu yang kuat.
Dari berbagai argumen teori Gujarat yang dikemukakan oleh beberapa sejarawan, ahli antropologi, dan ahli ilmu politik, analisis mereka terlihat Hindu Sentris, karena beranggapan bahwa seluruh perubahan sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama di Indonesia tidak mungkin terlepas dari pengaruh India. Teori Gujarat ini tentu terdapat kelemahannya, bila dibandingkan dengan Teori Makkah. Untuk mengetahui lebih lanjut, di bawah ini akan dibahas tentang pandangan Teori Makkah.
2.   Teori Makkah
Teori Makkah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Makkah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat. Terdapat fakta menarik dalam hal pelayaran bangsa Arab yang ditulis oleh T.W. Arnold. Dinyatakan bahwa bangsa Arab sejak abad ke-2 sebelum Masehi telah menguasai perdagangan di Ceylon. Jika kita hubungkan dengan penjelasan kepustakaan Arab Kuno yang menyebutkan Al-Hind berarti India atau pulau-pulau sebelah timurnya sampai ke Cina, dan Indonesia pun disebut sebagai pulau-pulau Cina, besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa Arab telah sampai ke Indonesia. Hanya penyebutannya sebagai pulau-pulau Cina atau Al-Hind. Bila memang benar telah ada hubungan antara bangsa Arab dengan Indonesia sejak abad ke-2 SM, maka bangsa Arab merupakan bangsa asing pertama yang datang ke Nusantara
3.   Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Kesamaan budaya ini dapat dilihat pada masyarakat Islam Indonesia antara lain:
Pertama, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Kedua, Tradisi lainnya adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja bahasa Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian Al-Qur’an tingkat awal. Huruf Sin yang ridak bergigi berasal dari Persia, sedangkat Sin bergigi berasal dari Arab. Keempat, nisan pada makam Malikus Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di Gresik dipesan dari Gujarat. Dalam hal ini, Teori Persia memiliki kesamaan mutlak dengan teori Gujarat. Kelima, Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia.
Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mazhab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran. Namun, teori ini sukar untuk diterima oleh K.H. Saifuddin Zuhri sebagai salah satu peserta seminar (1963). Alasan yang dikemukakannya adalah jika kita berpedoman kepada masuknya agama Islam ke Indonesia pada abad ke-7, hal ini berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Ummayah. Saat itu kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan berada di tangan bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan Islam berkisar di Makkah, Madinah, Damaskus, dan Baghdad, Jadi belum mungkin Persia menduduki kepemimpinan dunia Islam.
B.     Berkembangnya Islam di Indonesia
Di Indonesia Islam mengalami akselerasi dan dinamika penyebaran Islam pada permulaannya, sehingga Islam mudah berkembang. Pada abad 13 M Islam mulai berkembang di Indonesia, semua ini tidak lepas dari peran pedagang-pedagang Islam yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Di Indonesia sendiri saluran penyebaran Islam di sebarkan oleh para Raja, Adipati dan para Wali yang dikenal dengan sebutan “Walisongo”, melalui beberapa cara antara lain perdagangan, perkawinan, dakwah, pengobatan, dan kesenian.
Bukti dari perkembangan Islam di wilayah-wilayah Indonesia tersebut adalah banyak berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak Bintaro dan masih banyak lagi kerajaan-kerajaan lainnya. Bukti-bukti yang lainnya adalah banyak berdirinya pesantren dan perkampungan muslim seperti Fanhien, kemudian ditemukannya benda-benda purbakala islam termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya. Dengan adanya bukti dari perkembangan Islam itu kita harus mampu memanfaatkan peninggalan sejarah tersebut.
C.    Islam Mudah di Terima Semua Kalangan
Islam cepat berkembang dan mudah di terima semua kalangan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1.     Ajarannya sederhana meliputi ajaran islam, baik bidang akidah, syariah dan akhlaknya mudah dimengerti dan diterima oleh semua lapisan masyarakat,dapat diamalkan secara luwes dan ringan, selalu memberikan jalan keluar dari kesulitan.
2.     Syarat untuk masuk islam sangat mudah, yaitu hanya dengan mengucapkan kalimat syahadat.
3.     Agama islam tidak mengenal kasta.
4.     Upacara-upacara keagamaan bersifat sederhana.
5.     Islam disebarkan secara damai lewat pendekatan budaya, kesanggupan pembawa Islam tempo hari dalam memberikan konsesi terhadap adat kebiasaan yang ada dan hidup dalam masyarakat.
6.     Jatuhnya kerajaan Majapahit & Sriwijaya menyebabkan kerajaan islam berkembang pesat.
D.    Jalur-jalur Islamisasi di Indonesia
1.   Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi merupakan perdagangan. Kesibukan lalulintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16M. membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tengah, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Di beberapa  tempat, penguasa-penguasa jawa yang menjabat sebagai bupati-bupati Majapahit yang di tempatkan di pesisir utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan hanya karena factor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi terutama karena faktor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang Muslim. Dalam perkembangan selanjutknya, mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2.   Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum menikah mereka di Islamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempuinyai keturunan, lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya, timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan Muslim.
3.   Saluran Pendidikan
Islamisasi juga di lakukan melalui pendidikan, yang disebut  pesantren atau ma’had. Disana calon ulama dan guru agama mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampong masing-masing kemudian berdakwah ke tempat-tempat tertentu untuk mengajarkan agama Islam.
4.   Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu baik di Sumatera dan  Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan.
5.   Pembebasan Budak
Pada masa masuknya Islam di Indonesia, perbudakan masih berlaku. Banyak budak saudagar Hindu dan Budha yang dibeli oleh saudagar muslim dan kemudian mereka dimerdekakan. Mereka masuk dalam keluarga muslim karena keadilan sehingga mereka pun tertarik untuk menganut agama Islam. Dengan demikian, jelaslah Islam masuk ke Indonesia tanpa paksaan. Islam masuk dengan dilandasi oleh cinta kasih dan damai. Agama Islam dapat diterima oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang haus akan keadilan. Melalui ajaran tentang cinta kasih, perdamaian, persamaan tanpa membedakan kasta, dan keadilan, Islam dapat terus berkibar di Indonesia hingga kini.
E.     Perbedaan Pendapat mengenai masuknya Islam di Indonesia
Banyaknya perbedaan pendapat mengenai masuknya Islam di Indonesia terjadi karena banyaknya sumber yang berbeda. Ilmu sejarah tidak cukup hanya berdasarkan perkiraan atau hipotesa belaka. Tetapi ilmu sejarah memerlukan bukti-bukti yang otentik tentang permulaan masuknya islam di Indonesia, sehingga sampai sekarang masih mengalami kesulitan yang prinsip, antara lain:
1.     Buku-buku sejarah Indonesia banyak yang ditulis oleh orang-orang Belanda  pada zaman pemerintahan Belanda menjajah Indonesia.
2.     Buku-buku sejarah yang ada sering mengemukakan bukti berupa cerita rakyat yang hidup dan dipercayai oleh orang banyak sejak dahulu sampai sekarang.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Teori masuknya Islam ke Indonesia terbagi menjadi tiga yaitu teori Gujarat, teori Mekah, dan teori Persia. Bukti dari perkembangan Islam di wilayah-wilayah Indonesia tersebut adalah banyak berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, berdirinya pesantren atau ma’had, dan kampong muslim. Islam cepat berkembang dan mudah di terima semua kalangan karena dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain: ajarannya sederhana, syarat untuk masuk islam sangat mudah, agama islam tidak mengenal kasta, pacara-upacara keagamaan bersifat sederhana, Islam disebarkan secara damai, dan jatuhnya kerajaan Majapahit & Sriwijaya menyebabkan kerajaan islam berkembang pesat. adapun jalur-jalur Islamisasi di Indonesi yaitu melaui saluran perdagangan, saluran perkawinan, saluran pendidikan, saluran politik, pembebasan Budak
B.    Saran
Dilihat dari sejarah masuknya Islam ke Indonesia melalui perjuangan yang luar biasa, maka hendaklah kita sebagai pemuda ikut berperan dalam menegakkan ajaran Islam di akhir zaman ini.










DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mukti. Alam Pikiran Islam Modern di Indonesia. 1974. Jakarta: Tinta Mas.
Yatim Badri, Sejarah Peadaban Islam(Dirosah Islamiyah II). 2006. Jakarta: Rajawali Press
Yunan, Aswin. Teladan Sempurna Pendidikan Agama Islam. 2010. Solo: Platinum.
Zuhairini. dkk., Sejarah Pendidikan Islam. 1997. Jakarta: Bumi Aksara.
.















 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda